Jakarta, Kompas -
Dalam seminar Perkembangan Agribisnis Kelapa Sawit dan Isu Lingkungan, Kamis (21/7) di Jakarta, terungkap, produksi minyak sawit mentah Indonesia mencapai 21,5 juta ton (2010). Dari jumlah itu, hanya 5 juta ton terserap di dalam negeri. Selebihnya diekspor ke India, China, Belanda, dan negara lain.
Menteri Pertanian Suswono, seusai membuka seminar, mengatakan, Indonesia tak perlu takut pada proteksi dan kampanye negatif terhadap sawit. ”Kita bisa mengubah menjadi biofuel. Kalau ada subsidi, seperti bahan bakar fosil, bisa jalan,” kata dia.
Pelaksana Harian Ketua Komisi Minyak Sawit Indonesi Rosediana Suharto menjelaskan, negara-negara importir sawit kini ingin melindungi produknya dengan mendengungkan kampanye negatif tentang sawit. Misalnya, kebun sawit sebagai penyebab pemanasan global, musnahnya keanekaragaman hayati, dan tudingan minyak sawit menyebabkan penyakit jantung.
Ia mencontohkan, Amerika Serikat berusaha melindungi produknya, minyak kedelai, yang penggunaannya tergeser oleh minyak sawit. Di Eropa, disepakati bahan baku minyak sawit tidak boleh bersumber dari tanah yang mengandung karbon dan biodiversitas tinggi semisal hutan, gambut, dan sabana.
Terkait tudingan bisnis sawit yang tak ramah lingkungan, Kementerian Pertanian 29 Maret 2011 menerbitkan instrumen Indonesia Sustainable Palm Oil.
Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Direktur Jenderal Perkebunan, Kemtan, Herdradjat Natawidjaya mengatakan, produk yang menjaga kelangsungan lingkungan hidup merupakan permintaan pasar.