Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangutan Perlu Perhatian Ekstra

Kompas.com - 02/07/2011, 03:15 WIB

Jakarta, Kompas - Orangutan memiliki jarak kehamilan sembilan tahun. Itu merupakan interval terpanjang pada seluruh mamalia dan primata di dunia. Karena kelambatan proses reproduksi itu, upaya konservasi satwa dilindungi tersebut perlu perhatian ekstra.

Hal itu diungkapkan Cheryl Knott PhD, pakar orangutan dari Universitas Boston, Amerika Serikat, Jumat (1/7), di Jakarta. Ia bersama Tim Laman, fotografer fauna liar National Geographic, mengisi seminar ”Indonesian Biodiversity from Orangutans to Birds of Paradise” di Eijkman Institute, Jakarta.

Knott yang juga Direktur Orangutan Project di Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) Kalimantan Barat menjelaskan, orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) merupakan spesies besar satu-satunya yang hidup di atas pohon. Di Kalimantan, orangutan mengalami musim kelimpahan buah dan paceklik. Kondisi itu ditambah sapuan El Nino yang membawa perubahan cuaca setiap 2-7 tahun.

Ketersediaan buah-buahan itu berpengaruh pada aktivitas orangutan. Pada musim buah- buahan (Desember), orangutan 100 persen mengonsumsi buah. Namun, saat paceklik, sekitar Februari, konsumsinya bervariasi, dari daun, dahan, kulit kayu, hingga serangga.

Secara langsung, orangutan yang mengonsumsi buah turut menjaga vegetasi hutan melalui peran penyebar biji. Penelitian Knott menunjukkan, pada musim buah, orangutan mendapatkan 328 kilokalori per gram makanan dan hanya 157 kilokalori per gram saat musim paceklik.

Kalori yang berlimpah itu disimpan dalam tubuh menjadi lemak untuk digunakan saat musim paceklik. Itu terlihat dari pengukuran senyawa ketone (muncul saat metabolisme lemak) pada urine orangutan yang tinggi saat musim paceklik.

Pola makan itu, kata Knott, turut andil dalam kemampuan reproduksi orangutan liar. Selain faktor itu, orangutan yang menyusui anaknya hingga usia empat tahun menjadikan fungsi ovariumnya tertunda. ”Menyusui adalah periode paling membutuhkan energi,” ujarnya.

Interval kehamilan orangutan mencapai sembilan tahun, jauh lebih lama daripada primata lain, seperti gorila (4 tahun) dan simpanse (6 tahun).

Ditemui usai presentasi, Knott mengatakan, orangutan membutuhkan areal hutan yang luas agar dapat bertahan.

Ia menilai areal TNGP seluas 90.000 hektar masih cukup luas bagi sekitar 2.400 orangutan setempat (sekitar 17 persen dari jumlah total orangutan di Kalimantan). Ia berharap warga kian peduli pada orangutan.

Sementara itu, Tim Laman sempat memukau audiens dengan menampilkan lebih dari 100 foto di hutan Kalimantan, Maluku, dan Papua. Ia tertarik dengan hasil penelitian Alfred Russel Wallace.

Ia memamerkan foto serta video aneka ragam burung surga dari Ternate dan Papua. Demi gambar itu, ia harus memanjat ke puncak pohon setinggi hingga puluhan meter serta mengendap dari pagi hingga sore.

”Indonesia adalah negara yang luar biasa keanekaragaman hayatinya. Kita harus bersama-sama menjaganya,” ujarnya. (ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com