Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rokok Bisa Menyehatkan, Mungkinkah?

Kompas.com - 29/06/2011, 18:35 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Profesor Sutiman Bambang Sumitro, Guru Besar Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, kini menggemparkan dunia kesehatan. Mengapa? Ia menemukan filter rokok yang konon bisa menyehatkan para perokok.

Penemuan tersebut berawal dari hasil penelitian yang bertema "Inovasi Mereduksi Dampak Negatif Merokok dan Memperkuat Dampak Positif Merokok dalam Memperbaiki Kualitas Hidup". Penelitian tersebut dilakukan sejak 2007 lalu.

Alasannya, terkait dengan permasalahan bangsa yang dirasa menuntut penyelesaian dengan kearifan lokal. Salah satu yang disorot adalah masalah rokok. "Saya memang bukan perokok. Karena seorang peneliti justru harus mengabaikan unsur subyektivitas dan mengedepankan obyektivitas," katanya, ditemui di Universitas Brawijaya, Malang, Rabu (29/6/2011).

Menurutnya, banyak peneliti yang menyebutkan bahaya merokok. Di sisi lain rokok sudah menjadi sebuah industri besar. Kalau ditutup, ribuan tenaga kerja akan kehilangan pekerjaannya. "Pemikiran saya, terciptanya rokok kretek yang dibuat nenek moyang, bukan tanpa dasar. jelas dibuat untuk obat batuk. Namun, fakta tersebut tidak ada yang membuktikan secara ilmiah," kata pria yang kini mengambil program doktor di Nagoya University, Jepang, tersebut.

Seiring dengan arus globalisasi, rokok kretek dilanda isu sebagai produk tidak sehat. Namun, anggapan itu pun tak dilandasi hasil riset yang memadai. "Ironisnya, isu tersebut berembus dari luar negeri serta dibangun melalui hasil kegiatan riset asing. Sementara pihak lokal kurang percaya diri untuk melakukan inovasi tentang rokok sehat. Apalagi, ide tentang rokok sehat itu menentang arus," katanya.

Pemahaman itulah yang kemudian menjadi dasar bagi Sutiman untuk mengkaji bahaya rokok. Lalu muncul pertanyaan apakah memang sudah final asap rokok itu berbahaya? "Dari itu muncul untuk meneliti pada tahun 2007 lalu," katanya.

Secara garis besar, penelitian yang dilakukan Sutiman kala itu adalah untuk mengetahui cara untuk menghilangkan radikal bebas dari asap rokok. Hal tersebut ia lakukan dengan memodifikasi makro molekul yang terkandung dalam asap rokok lewat sentuhan teknologi.

Hasil dari penelitian tersebut diberi nama divine cigarette. Bentuknya mirip dengan filter pada rokok. warnanya putih. "Saya memopulerkan penelitian saya ini dengan sebutan nanobiologi jawaban kretek sehat," kata guru besar biologi sel dan molekuler Universitas Brawijaya itu.

"Divine cigarette ini ada senyawanya sehingga mampu menjinakkan radikal bebas. Tapi, senyawanya apa saja, itu yang masih dalam proses dipatenkan," tutur Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang ini.

Bagi perokok, divine cigarette itu cukup mudah, filter yang menempel di rokok diambil lalu diganti divine cigarette itu. Dengan begitu, divine cigarette menggantikan filter asli pada rokok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau