Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manyanggar, Cara Warga Dayak Jaga Hutan

Kompas.com - 13/06/2011, 09:47 WIB

KOMPAS.com - Nenek moyang masyarakat Dayak percaya bahwa setiap hutan pastilah punya penunggu. Penghuni kawasan berpohon rimbun itu begitu dihormati sehingga masyarakat zaman dulu amat segan mengganggu hutan. Karena itulah, mereka nyaris tak pernah menebang secara membabi-buta.

Ekspresi untuk menghargai hutan itu dilakukan dengan manyanggar, sebuah upacara yang digelar sebelum menebang pohon-pohon di hutan. Ritual dilakukan dengan memotong babi atau sapi untuk dimakan bersama-sama. Dalam manyanggar, dilakukan balian atau menabuh ketampung, yakni semacam gendang khas Dayak .

Kepala Subbagian Penyusunan Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Syahmin mengatakan, manyanggar misalnya dilakukan warga yang hendak berladang. Kalau sistem zaman dulu dilakukan dengan ladang berpindah dan butuh lahan cukup luas, katanya.

Manyanggar dilakukan untuk meminta restu kepada penunggu lahan. Dalam upacara itu, disampaikan kisah-kisah mengenai alam dan penunggunya yang harus dihormati. "Mereka yang akan menebang pohon menyampaikan maksudnya kepada penunggu dan memberi tahu bahwa syarat berupa hewan kurban sudah dipenuhi," ucapnya, Senin (13/6/2011).

Menurut Syahmin, menebang pohon di hutan merupakan kebiasaan masyarakat Dayak sejak dulu dan sampai sekarang masih dilakukan. Kayu yang diambil antara lain berasal dari pohon karet, angkang, dan katiau. Akan tetapi, saat ini manyanggar sudah kian jarang digelar.

Padahal, laju deforestasi di Kalteng kian sulit untuk dibendung. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalteng, laju deforestasi Kalteng setiap tahun mencapai lebih dari 150.000 hektar. Perilaku itu sungguh berbeda dengan budaya leluhur masyarakat Dayak yang memanfaatkan alam secara bijak.

Hidup masyarakat Dayak amat bergantung dari hutan yang menghasilkan berbagai macam pangan. Dalam proses pengolahan pangan itu tentu dibutuhkan kayu bakar. Akan tetapi, masyarakat Dayak zaman dulu tak mengambil kayu secara berlebihan, kata Syahmin.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com