Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bicara dengan Diri Sendiri

Kompas.com - 12/06/2011, 13:00 WIB

Oleh KRISTI POERWANDARI

Berpikir itu sesungguhnya berbicara kepada diri sendiri dalam batin. Jadi, manusia selalu berbicara kepada dan atau dengan dirinya sendiri. Bagaimana bila sering bicara kepada diri sendiri dengan suara keras?

Surat dari D (20), seorang perempuan. ”Sejak semester awal sampai sekarang (empat), ada beberapa keganjilan yang sering saya alami, salah satunya berbicara sendiri dan ”mengigau”. Kebiasaan berbicara sendiri sering sekali dilakukan dan saya selalu mempraktikkan apa yang ada di pikiran secara langsung (tindakan). Dan itu membuat beberapa teman takut melihat apa yang saya lakukan. Padahal, saya sudah berusaha untuk mengurangi kebiasaan buruk tersebut, tetapi tetap saja sulit untuk tidak melakukannya.

Akhirnya saya membaca referensi mengenai keadaan psikologis saya, di dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa seseorang yang sering mengalami akonsius (kebiasaan berbicara sendiri), lama-kelamaan bisa menjadi gila. Apakah benar pernyataan tersebut dan bagaimana cara saya agar bisa mengurangi kebiasaan buruk saya?”

Refleksi emosi

Sebenarnya selama otak masih aktif bekerja, kita selalu berbicara dengan diri sendiri, umumnya dalam batin, tidak disuarakan. Ketika kita menimbang pilihan, menenangkan diri waktu terkejut atau marah, atau berdoa, kita berbicara dengan diri sendiri.

Sesekali kita berbicara bersuara, ketika menghayati kondisi emosi intens, misalnya saat tiba-tiba menemukan solusi yang ditunggu-tunggu, saat marah. Saat teringat seseorang yang sangat dirindukan, mungkin kita ingin merealisasikan harapan akan kebersamaan dengan membayangkan ia ada dan mengajaknya berbicara. Saat intens berpikir kita kadang bicara bersuara, dan mungkin jadi lebih jelas mengenai alternatif penyelesaiannya.

Berbicara dengan suara keras ke diri sendiri jarang dilakukan. Mungkin lebih sering terjadi ketika kita tertekan, tegang, kacau, singkatnya berpikiran penuh, seperti ada pergolakan di batin yang menuntut untuk dikeluarkan. Bayangkan panci berisi air mendidih yang tutupnya bergerak-gerak kencang, bahkan mungkin dapat terlempar karena tekanan kuat dari bawah. Jelas di sini, bicara menjadi cara penyaluran emosi.

Jadi, berbicara kepada diri sendiri bisa merupakan hal sangat normal, dapat pula merefleksikan persoalan psikologis yang memerlukan perhatian serius. Kita sendiri yang dapat menetapkan, apakah yang terjadi pada kita merupakan hal wajar saja, atau sudah berlebihan sehingga mengindikasikan kekacauan batin yang memerlukan bantuan ahli untuk mengatasi?

Ketika dalam keadaan sangat tertekan dan tegang, percakapan batin mungkin keluar dalam bentuk bicara sendiri, yang bila berlebihan akan membuat takut diri sendiri dan orang lain. Bila itu halnya, kita perlu menenangkan diri, merenung (mungkin dengan bantuan orang lain juga) untuk lebih mengerti sumber ketegangan dan kekacauan pikiran kita. Menenangkan diri dapat dilakukan, misalnya, dengan cara olah napas, meditasi, dan mengembangkan visualisasi yang menenangkan batin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com