MAKASSAR, KOMPAS -
Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Prof Toban Batosamma, Kamis (9/6) di Makassar, mengatakan, inseminasi buatan mutlak dibutuhkan untuk membenahi metode konservatif yang selama ini dilakukan peternak dalam memelihara sapi potong. Peternak jarang mendeteksi masa berahi sapi betina dan waktu kesuburan reproduksi sapi pejantan.
”Kebijakan Australia menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memperbaiki proses pembibitan sapi potong lewat inseminasi buatan,” ungkap Toban.
Sementara itu, Direktur Utama PT Buli, Teddy Sutiana, mengatakan, pihaknya dapat menghasilkan 10.000-11.000 ekor bibit sapi potong.
”Pemerintah perlu mendorong munculnya pembibitan- pembibitan lain untuk mengurangi kebergantungan pada impor daging beku ataupun sapi potong,” kata Teddy.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia Teguh Boediyana di Jakarta mengatakan, kebijakan penundaan ekspor sapi bakalan oleh Australia harus dimaknai positif. ”Selama ini harga sapi peternak lokal tertekan akibat daging dan sapi impor. Dengan penundaan itu, peternak sapi lokal bisa kembali bangkit,” katanya.
Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, perkiraan sementara akan dilakukan kebijakan penambahan pemotongan sapi dalam negeri sebanyak 400.000 ekor tahun 2011. Adapun sekitar 76.000 ekor atau setara 15.000-20.000 ton daging akan disubstitusi oleh daging impor beku, terutama daging dengan kualitas yang tidak bisa diperoleh dari lokal.