KOMPAS.com — Presiden Tajikistan Emomali Rahmon buka kartu. Ia mengaku mengganti nama belakangnya "Rahmon" dari nama lama "Rahmonov". "Nama sekarang untuk membuang ikatan Uni Soviet," katanya.
Tajikistan tadinya memang menjadi salah satu negara bagian Uni Soviet. Negeri ini kini berpenduduk tujuh juta orang. Saat masih menjadi bagian Uni Soviet, Tajikistan adalah negara bagian termiskin.
Penduduk Tajikistan berbahasa Persia. Pasalnya, sebagaimana warta AP dan AFP pada Senin (6/6/2011), negara ini memang terletak di Asia Tengah. Sampai sekarang, perekonomian Tajikistan masih amat tergantung dari Rusia.
Entah dari mana asalnya, warga Tajikistan sekarang gemar menggunakan nama-nama seram untuk anak-anak mereka. Bahkan, bertentangan dengan sastrawan William Shakespeare yang terkesan menyepelekan arti sebuah nama, warga Tajikistan justru beranggapan kalau nama memainkan peranan penting dalam menentukan takdir seseorang.
Maka dari itu, Rahmon pun menyarankan agar para orangtua membaca kisah epik kuno Persia, Shahnameh atau Buku Para Raja karangan Ferdowsi. Dalam kisah itu, lanjut Rahmon, banyak nama yang bisa digunakan para orangtua Tajikistan. "Banyak nama indah dan bagus dalam buku Shahnameh atau karya-karya klasik Tajikistan," kata Rahmon.
Kenyataannya, warga Tajikistan justru memilih nama-nama seperti "Gurgakov" yang berarti "Serigala". "Ada yang memberi nama 'Janjoliyev' yang berarti 'Konflik'," imbuh Rahmon, ayah sembilan anak itu.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.