Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Tukik Sisik Terdampar di Panjang

Kompas.com - 30/05/2011, 04:46 WIB

Bandar Lampung, Kompas - Ratusan tukik penyu sisik terdampar di Pantai Panjang Selatan, Kota Bandar Lampung. Tukik-tukik itu terbawa arus bersama sampah beberapa hari terakhir. Segelintir tukik selamat.

Koordinator LSM Mitra Bentala untuk Wilayah Panjang, Buyung Ridwan, Jumat (27/5), mengatakan, sebagian tukik penyu sisik (Eretmochelys imbricata) yang terdampar di pantai itu mati karena paparan limbah pabrik dan rumah tangga. Sebagian besar tukik ditangkapi warga.

Lokasi terdamparnya tukik- tukik itu di kawasan permukiman nelayan. Tak jauh dari sana, yaitu Kampung Teluk Harapan, bahkan terdapat sejumlah pabrik.

”Ketika terbawa sampai pinggir (pantai), sebagian tukik mati kena pencemaran. Sebagian besar ditangkap dan dijual Rp 5.000 per ekor. Karena banyak, kami tak bisa menyelamatkan semua. Hanya 25 ekor yang kami selamatkan dan lalu kami bawa ke penangkaran sementara,” ujarnya.

Bekerja sama dengan Kelompok Nelayan Mandiri Teluk Harapan, LSM Mitra Bentala yang melestarikan ekosistem lingkungan pesisir berupaya mengajak warga menyelamatkan tukik. Mereka membeli sebagian dari tukik-tukik itu untuk diselamatkan.

Menurut Buyung, penyu sisik termasuk satwa yang terancam punah. ”Sayangnya, mayoritas warga belum paham soal ini. Masih banyak yang menangkapi mereka, bahkan dijual,” ujarnya.

Pergantian angin

Menurut Ketua Kelompok Nelayan Bahari Mandiri Teluk Harapan Herman Nasir, terdamparnya tukik-tukik sisik itu akibat terbawa arus pada musim pergantian angin barat ke angin selatan. Arus itu juga membawa serta sampah-sampah rumah tangga dan tukik-tukik ke pesisir Panjang Selatan.

Tukik-tukik itu diperkirakan berasal dari Pulau Legundi dan pulau-pulau kecil berpasir putih lainnya di selatan Teluk Lampung atau berjarak 54-72 kilometer dari Panjang Selatan. ”Mereka terbawa arus dan sampah. Mungkin karena sampah-sampah ini juga mengandung plankton makanan mereka,” ujarnya.

Karena kendala biaya, pihaknya hanya bisa membeli 25 tukik itu dari warga untuk ditangkarkan sebelum dilepasliarkan kembali. Kondisi penangkaran itu pun bersifat darurat atau seadanya, hanya berupa ember-ember dan bak kecil. ”Kami berusaha semampunya dulu. Semestinya ini (penyelamatan) kan tugas pemerintah,” ujar Herman.

Tercemarnya perairan Teluk Lampung bagian utara akibat limbah industri dan sampah rumah tangga merupakan persoalan klise beberapa tahun terakhir. Akibat maraknya pencemaran, terutama sampah, pembudidaya kerapu di Kabupaten Pesawaran direpotkan pula dengan matinya ikan-ikan mereka saat pergantian angin barat. Arus dan angin membawa polutan ke lokasi keramba mereka. (JON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com