Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BSP Rekrut 50.000 Pekerja

Kompas.com - 20/05/2011, 03:57 WIB

Kisaran, Kompas - Pemilik kelompok usaha Bakrie, Aburizal Bakrie, meminta perusahaan perkebunan terintegrasi PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dapat mempekerjakan hingga 50.000 orang sampai tahun 2016.

Saat ini, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (BSP) dengan perkebunan kelapa sawit dan karet tertanam seluas 144.000 hektar menampung 22.000 orang.

Aburizal menyampaikan target ini dalam perayaan ulang tahun ke-100 Kebun Bunut Unit Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Kamis (19/5). Perayaan berlangsung meriah karena merupakan pionir bisnis perkebunan kelapa sawit dan karet kelompok usaha Bakrie.

Kebun Bunut seluas 22.000 hektar merupakan kebun tertua BSP yang diakuisisi tahun 1986. Perkebunan karet, yang awalnya bernama Naamlooze Vennootschap Hollandsch Amerikaansche Plantage Maatschappij, ini berdiri tahun 1911. Kebun ini termasuk generasi pertama komersialisasi perkebunan di masa kolonial Belanda.

Direktur Utama BSP Ambono Janurianto mengatakan, perseroan akan menggandakan seluruh rencana strategis pengembangan bisnis perseroan untuk mewujudkan target tersebut. Intensifikasi penanaman dan ekspansi lahan disertai peningkatan efisiensi diharapkan dapat mempercepat pencapaian tersebut.

BSP terus mengembangkan bibit unggul kelapa sawit untuk intensifikasi lahan. Perseroan telah memiliki bibit unggul dengan pertumbuhan lebih cepat, rentang daun lebih pendek, dan menghasilkan tandan buah segar kelapa sawit sampai 40 ton per hektar per tahun dengan populasi 175-200 pohon per hektar.

Ditekan Eropa

Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono, di sela-sela acara pertemuan antarsektor bisnis kehutanan, di Jakarta, Kamis, mengatakan, di Indonesia tidak banyak sawit yang memanfaatkan lahan gambut. Karena itu, jika sawit dituduh sebagai penyumbang emisi karbon dioksida, Gapki menuding itu hanya akal-akalan saja.

”Sekarang ini Indonesia dan Malaysia sebagai produsen sawit mendapat tekanan dari Eropa. Mereka mempersulit sawit dengan alasan merusak lingkungan. Padahal, itu hanya upaya memproteksi minyak kedelai dan minyak bunga matahari,” katanya.

Menurut Joko, Indonesia dan Malaysia telah menyepakati pembentukan Dewan Minyak Sawit Eropa. Dewan tersebut diharapkan proaktif dalam forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Organisasi tersebut bisa meminta Eropa membatalkan ketentuan roundtable sustainable on palm oil (RSPO) jika Indonesia dan Malaysia bisa membuktikan bahwa minyak sawit tidak merusak lingkungan.

Sementara itu, Sekjen RSPO Darrel Webber di Jakarta menegaskan, Indonesia dalam posisi terbaik untuk menjadi contoh bagi negara-negara berkembang dalam praktik RSPO. Dengan 3,7 juta penduduk Indonesia yang terlibat dalam kelapa sawit, Indonesia bisa menerapkan standar standar RSPO.

(ENY/HAM/ENY/PPG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com