Kompas.com - Nyeri kepala mungkin terdengar ringan. Namun, siapa sangka kalau penyakit yang pernah diderita hampir separuh orang dewasa di seluruh dunia ini ternyata berdampak ekonomi dan sosial yang tinggi.
Meski nyeri kepala, atau awam sering menyebut sakit kepala, ini adalah penyakit yang umum terjadi, namun organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan sakit kepala seringkali tidak terdiagnosa, tidak dikenali, dan seringkali tidak terobati. Oleh karena itu, WHO menyatakan hambatan tersebut harus ditingkatkan.
Laporan mengenai gambaran global sakit kepala ini untuk pertama kalinya dilakukan oleh PBB. Terungkap bahwa 47 persen orang dewasa di seluruh dunia mengalami nyeri kepala dan ongkos ekonomi dan sosial penyakit "sepele" ini sangat besar.
Di negara Uni Eropa saja, sekitar 190 hari hilang setiap tahunnya karena karyawan mengeluhkan migren.
"Nyeri kepala dan migren merupakan penyakit yang jarang dilaporkan dan dikenali oleh sistem kesehatan serta mendapat perhatian paling kecil," kata Dr.Shekhar Saxena, direktur kesehatan mental dan gangguan penyalahgunaan dari WHO dalam laporannya.
Ia menambahkan, bagi banyak pekerja sakit kepala merupakan salah satu alasan untuk tidak masuk kerja. "Ketika migren menyerang, 90 persen penderita menunda melakukan pekerjaan rumah dan hampir sepertiga kehilangan kemampuan bekerja dan separuhnya izin tak bekerja," katanya.
Migren termasuk dalam gangguan otak yang paling menghabiskan biaya di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Penyakit ini menyerang satu dari enam wanita dan satu dari 12 pria.
Dari laporan WHO juga diketahui migren merupakan bentuk nyeri kepala yang paling melumpuhkan penderitanya. Di seluruh dunia, migren menyebabkan 1,3 persen kesakitan dan menyebabkan penderitanya tak mampu melakukan pekerjaan.
Penyakit migren diperkirakan menyebabkan kerugian 400.000 kehilangan hari untuk bekerja atau sekolah per satu juga populasi di negara berkembang. Di AS dan Uni Eropa total pengeluaran tahunan untuk nyeri kepala mencapai 228 miliar dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.