Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Gampang Beruang Madu Bereproduksi

Kompas.com - 23/02/2011, 22:56 WIB

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Beruang madu (Helarctos malayanus), keberadaannya terus menyusut. Namun bukan perkara gampang menambah jumlahnya. Tak hanya karena luas habitatnya berkurang akibat penambangan batubara di Kalimantan Timur, namun satwa ini pun juga seperti enggan bereproduksi jika luas wilayahnya terus menyusut.

"Ada sifat beruang madu yang unik, yakni tidak atau menahan untuk punya anak jika merasa anaknya nanti tak mendapat luas area jelajah yang sesuai. Keadaan ini yang sepertinya terjadi sekarang," ujar Caecilia Nurimpi Kanasari, Kepala Divisi Pendidikan Lingkungan Hidup di Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH), Balikpapan, Kaltim, Rabu (23/2/2011).

Beruang madu ditetapkan pemerintah tahun 1973 sebagai salah satu hewan yang dilindungi. Saat ini diperkirakan hanya terdapat 50-an beruang madu di alam liar, yakni Hutan Lindung Sungai Wain, dan lima yang ditempatkan dalam KWPLH. KWPLH adalah salah satu unit pengelola di bawah Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Manggar. KWPLH terletak di Jalan Soekarno Hatta km 23 (jalan penghubung Samarinda-Balikpapan).

Beruang madu adalah yang terkecil dari delapan jenis beruang di dunia. Pada Senin (21/2/2011) lalu, beruang diperingati secara internasional. Di Indonesia, bertempat di Balikpapan.

Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, populasi beruang madu di dunia berdasarkan hilangnya habitat mereka, diperkirakan 30 persen. Karena itulah, gerakan penyelamatan satwa ini harus digencarkan.

"Hewan ini sudah tak bisa menyelamatkan habitat mereka sendiri," ujar Caecilia yang juga Ketua Panitia Peringatan Hari Beruang se-Dunia di Balikpapan.

Di Hutan Lindung Sungai Wain (Kaltim) yang seluas 15.000 hektar, diperkirakan dihuni 50 beruang madu. Bagi beruang dengan jumlah seperti itu, memiliki daerah jelajah 15.000 hektar pun, bisa dibilang kurang. Sebab, seekor beruang jantan setidaknya menjelajahi hingga 25 km persegi. Beruang betina, mungkin separuhnya. Apalagi daerah sekitar hutan lindung sudah ada penambangan batu bara.

Luasan habitat yang berkurang adalah persoalan serius. Namun ancaman dari pemburu liar pun tak bisa dibaikan. Karena itu, menurut Caecilia, patroli di hutan lindung tersebut, juga pemantauan dari para pemerhati beruang wajib dilakukan rutin. "Jangan sampai beruang yang menjadi maskot Balipapan ini berkurang jumlahnya," katanya.

Selain 50-an beruang di alam liar, terdapat 5 beruang ditempatkan di Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH), Balikpapan Utara. Beruang-beruang hasil sitaan dari kolektor tahun 2006 lalu ini, diberi tempat jelajah 1,3 hektar. Sebelum diselamatkan dan ditempatkan di KWPLH, kondisi mereka mengenaskan. Salah satu beruang benama Haris, mata kanannya buta akibat pukulan majikannya dulu. Benny, beruang lain, kuku dan taringnya dipotong.

"Sempitnya area jelajah bagi lima beruang (dua betina, tiga jantan) di KWPLH ditengarai juga bisa menjadikan beruang madu tersebut belum saling tertarik untuk menghasilkan keturunan. Beruang butuh ruang jelajah yang sangat luas," kata Caecilia.

Beruang madu adalah beruang terkecil dari delapan jenis beruang di dunia. Berat hewan yang berbulu hitam dan tebal ini hanya 30-65 kg. Beruang ini lebih pendek ketimbang tinggi orang dewasa. Setiap beruang madu memiliki tanda unik yakni warna kuning atau oranye, membentuk seperti huruf V, U, atau melingkar.

Hutan hujan tropis adalah habitatnya. Makanan pokok beruang madu yakni serangga, namun ia juga menyukai buah buahan dan madu. Saat makan buah, beruang madu memakan bijinya. Setelah melewati proses pencernaan, bijian mulai bertunas. Itulah sebabnya hewan pemanjat ulung ini berperan penting dalam penyebaran biji di hutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com