KOMPAS.com — Sebuah rancangan pembangkit listrik tenaga surya masa depan akan menjadi penanda utama kota tanpa karbon pertama di dunia. Rancangan yang bernama Lunar Cubit itu sengaja dibuat untuk menandingi popularitas Piramida Giza di Mesir.
Lunar Cubit merupakan salah satu peserta Land Art Generator Initiative, sebuah kontes rancangan instalasi seni publik yang juga berfungsi penuh sebagai pembangkit listrik tanpa polusi. Rancangan yang dibuat tim pimpinan Robert Flottemesch, insinyur senior pada Hudson Valley Clean Energy, New york, yang juga seorang seniman yang peduli pada energi terbarukan, itu berhasil menjadi pemenang pertama kontes.
Flottemesch bersama timnya merancang Lunar Cubit sebagai rangkaian piramida yang terdiri atas sebuah piramida besar sebagai pusat dan delapan piramida kecil yang mengelilingi sekitarnya. Semua piramida itu berfungsi untuk menangkap energi sinar matahari pada siang hari dan mengubahnya menjadi energi listrik. Uniknya, rangkaian piramida itu akan menyala sesuai—namun bertolak belakang—dengan siklus bulan. Pada saat bulan baru, semua piramida akan menyala, sementara ketika bulan purnama semua piramida justru akan padam.
Untuk menjalankan fungsinya sebagai pembangkit listrik, bagian luar piramida akan diselubungi panel surya. Adapun tepian sudutnya terbuat dari kaca dan silika amorf yang membuatnya tampak seperti batu akik yang dipoles dengan sempurna.
Setiap piramida dari kedelapan piramida kecil akan menghasilkan listrik sebesar 1,74 megawatt, cukup untuk memasok listrik ke 250 rumah. Energi surya tersebut disalurkan melalui kabel bawah tanah jaringan listrik untuk kemudian disalurkan ke ribuan rumah di sekitarnya.
Menurut rencana, Lunar Cubit akan dibangun di Masdar City, Uni Emirat Arab, yang merupakan kota metropolis bebas karbon pertama di dunia. Meski belum ada kabar kapan pembangunannya dimulai, Lunar Cubit dapat dipastikan akan dikenali sebagai penanda utama Masdar City, seperti Big Ben di London atau Empire State Building di New York. Untuk mendapatkan informasi lebih detail soal Lunar Cubit, kunjungi situsnya di www.lunarcubit.com. (National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.