Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.280 Pengrajin Tahu dan Tempe Bangkrut

Kompas.com - 17/02/2011, 17:44 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Sekitar 2.280 pengrajin tahu dan tempe di Jawa Barat terancam gulung tikar akibat kenaikan harga kacang kedelai dalam sebulan terakhir.

Kenaikan harga kacang kedelai impor memberatkan pengrajin tahu dan tempe. "Dari sekitar 7.600 pengrajin sekitar 30 persennya atau 2.280 pengrajin terancam gulung tikar," kata Ketua Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Barat, Asep Nurdin, Kamis (17/2/2011).

Untuk pengenaan bea masuk bahan baku sebesar lima persen di awal 2011, mengakibatkan harga harga bahan baku makanan termasuk kacang kedele naik signifikan.

Harga kedelai impor saat ini antara Rp 6.100 hingga Rp 6.500 per kg, naik Rp 1.500 dari harga sebelumnya sekitar Rp 5.000. Akibatnya para pengrajin menjerit.

Untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku itu pengrajin tahu harus mengurangi produksi atau memperkecil ukuran tahu dan tempe.

"Tahu yang sebelumnya 5x5 cm menjadi lebih kecil. Produksi rata-rata sudah diturunkan sekitar 30 persen dari 50-60 kilo jadi 30-45 kg per hari," kata Nurdin.

Para pengrajin mengaku kawatir bila tidak mengurangi produksi dikawatirkan produk mereka tidak laku karena daya beli turun.

"Sejauh ini belum ada kenaikan harga tahu atau tempe, sementara harga jual antara 400 hingga 600 per buah. Tak ada kenaikan, bila dinaikan justeru bisa tidak laku," katanya.

Saat ini ada beberapa pengrajin terutama pengrajin kecil gulung tikar. Salah satunya di sentra tahu Desa Cangkuang Kabupaten Bandung. "Mereka pengrajin musiman yang mencoba bertahan karen tak ada pekerjaan lain," katanya.

Kesulitan untuk menggunakan kedelai lokal dialami oleh pengrajin tempe. Hal itu dikarenakan mereka tidak bisa menggunakan kedele lokal untuk produksinya. Berbeda dengan tahu yang masih bisa menggunakan kedele lokal.

"Yang dikuatirkan kondisi ini dimanfaatkan oleh perusahaan besar untuk produksi tahu dan tempe, bila itu terjadi pengrajin kecil bisa lebih kesulitan," kata Ketua Kopti Jabar itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com