Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekarang Berharapnya Sama Ampas Tahu...

Kompas.com - 10/02/2011, 11:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jam belum menunjukkan pukul 12.00 WIB, tetapi pabrik tahu milik Maman Ismail (59) telah bersih. Sejumlah tahu sudah diletakkan di papan dan masih ada satu wajan besar yang digunakan untuk merebus tahu di dalam air perasan kunyit.

Jumlah papan berisi tahu pun tidak begitu banyak. Sebanyak tujuh papan penuh berisi tahu yang diletakkan berjejer di sebuah kursi panjang, sedangkan di sudut lain ada lima papan. Namun, masih ada puluhan papan kosong yang tertata rapi.

"Biasanya kami baru selesai produksi tahu pukul 20.00 WIB. Setelah harga kedelai naik, jam segini kami sudah selesai," kata Maman saat ditemui Kompas.com di pabrik tahu miliknya di Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (9/2/2011).

Maman sengaja mengurangi produksi tahu dari semula bisa menghabiskan 1,5 kuintal kedelai dalam sehari menjadi 50 kilogram (kg) sehari. Hal ini karena permintaan tahu turun drastis setelah harga kacang kedelai impor naik menjadi Rp 6.600 per kg.

"Yang biasanya ngambil (membeli) 500 potong, sekarang ngambil 200 potong. Terus yang biasa ngambil 200 hingga 250 potong, sekarang cuma 50 potong," kata Maman menuturkan efek kenaikan harga bahan baku utama tahu dan tempe tersebut.

Selain menurunkan jumlah produksi, Maman pun menaikkan harga tahu. Harga tahu yang semula Rp 300 per potong naik menjadi Rp 350 per potong. "Ya terpaksa dinaikkan. Itu pun bisa dibilang saya enggak dapat untung, cuma cukup untuk menutupi biaya produksi. Sekarang, mah, berharapnya sama ampas tahu. Sekarung saya jual Rp 7.000," kata Maman.

Maman lebih memilih menaikkan harga tahu daripada menipiskan ketebalan tahu. Menurut dia, menipiskan ketebalan tahu sama saja dengan membuat tahu tidak laku.

"Bakal enggak ada yang mau beli," ujar Maman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com