Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Burung Migran Turun Drastis

Kompas.com - 26/01/2011, 15:47 WIB

KOMPAS.com - Jumlah burung yang terbang dari belahan bumi utara ke selatan, mencari tempat berlindung saat musim dingin, berkurang drastis tahun ini. Para ahli mengatakan penyebabnya adalah menyempitnya lahan dan meningkatnya perburuan.

Meski terjadi cuaca dingin yang buruk di Eropa dan Asia, waterbird yang biasanya bermigrasi dalam kelompok besar menuju pulau-pulau tropis, tidak banyak terlihat tahun ini. Waterbird adalah hewan-hewan yang termasuk keluarga anatidae, yang serupa bebek, angsa, atau itik.

Dalam perjalanan panjangnya dari lingkaran Kutub Utara ke Australia, burung-burung ini biasanya singgah di Candaba, Filipina. Pada 1980-an, para pengamat burung biasanya melihat hingga 100.000 ekor hewan ini. Namun, menurut data Wild Bird Club Filipina, pekan lalu para pengamat hanya menghitung sekitar 8.725 ekor waterbird dan 41 spesies.

Northern Pintail (Anas acuta), common pochard (Aythya ferina) dan belibis bersayap hijau dilaporkan tidak terlihat dalam kerumunan yang bermigrasi tahun ini. Selain itu, hanya ada satu bebek berumbai yang terlihat.

Beberapa pengamat menyebut salah satu penyebab penurunan adalah karena perburuan. "Penting untuk segera membuat tempat aman yang dikelola dengan baik dan bebas perburuan di sepanjang jalur terbang migrasi burung," kata ornitologis (ahli burung) asal Denmark yang berbasis di Filipina, Arne Jensen.

"Ancaman utama adalah perburan," kata Presiden Wild Bird Club Filipina Michael Lu. Namun, Lu juga menyebutkan mengecilnya luasan rawa dalam 50 tahun terakhir seiring kawasan ini diubah menjadi daerah pertanian, sebagai salah satu penyebab. Rawa di daerah ini pernah mencapai luas 27.000 hektare. Tapi, kini hanya sebesar 77 hektare.

Selain itu, perkembangan industri juga memberi dampak negatif. "Jika Anda melihat pantai-pantai dari China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Indonesia, Singapura, hingga Australia, Anda dapat melihat pembangunan ekonomi yang sangat cepat, terutama di China. Dalam pembangunan inilah, habitat rusak sebagai akibat populasi bergerak ke arah pantai. Pemukiman di pantai juga meningkatkan peluang burung-burung itu diburu," tutur Carlo Custodio, kepala pengelolaan pantai dan laut kementerian lingkungan Filipina. (National Geographic Indonesia/Raras Cahyafitri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau