KOMPAS.com - Temuan fosil di China mengungkapkan cara untuk membedakan pterosaurus jantan dan betina. Para ilmuwan telah mengetahui kalau pterosaurus, misalnya spesies Darwinopterus, memiliki jengger di kepalanya. Hanya saja, para ilmuwan belum dapat memastikan jenis kelamin pterosaurus yang memiliki jengger.
Fosil Darwinopterus yang ditemukan di danau purba Provinsi Liaoning, China, dipastikan betina karena pterosaurus tersebut ditemukan bersisian dengan telur. Para ilmuwan dari University of Leicester, Inggris, mendapati kalau pterosaurus betina tersebut tidak memiliki jengger. Dengan demikian, mereka menarik kesimpulan kalau pterosaurus jantanlah yang memiliki hiasan kepala.
Jengger tersebut diperkirakan memiliki kegunaan untuk mengirim isyarat ke jantan lain. "Bisa berupa isyarat yang menyatakan kalau 'aku lebih besar dari kamu' atau 'akulah yang lebih berhak mengawini betina itu karena jenggerku lebih besar'," kata David Unwin, paleontolog dari University of Leicester, Inggris.
Mark Witton, peneliti pterosaurus sekaligus ilustrator dari University of Portsmouth Inggris, mengatakan kalau jengger itu mungkin berfungsi sama pada semua spesies pterosaurus. Peneliti yang tidak terlibat pada penelitian ini juga mengatakan mungkin saja jengger mungkin punya fungsi lain. "Salah satu teori adalah jengger membuat pterosaurus mampu mengeluarkan panas selama pertempuran," kata Witton. "Tulang tipis di kepala bisa menyalurkan panas dari tubuh. Tapi itu bukan fungsi utama, hanya efek samping struktur," jelas Witton. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.