KOMPAS.com — Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa kehidupan di bumi berasal dari luar angkasa. Berdasarkan teori mereka, di masa lalu bumi pernah dibombardir oleh asteroid yang sekaligus membawa molekul kehidupan.
Benarkah pendapat itu? Akhir-akhir ini, buktinya semakin menguat. Pada tahun 2009 Dr Daniel Glavin menemukan molekul asam amino di sebuah pecahan asteroid yang berhasil sampai di permukaan bumi.
Asam amino merupakan molekul dasar pembentuk protein, yaitu molekul yang berperan besar dalam kehidupan, dari mencerna makanan hingga fungsi kekebalan. Asam amino yang ditemukan pada meteorit itu adalah L-isovaline.
Bukti semakin diperkuat dengan temuan terbaru Glavin. Ahli astrobiologi yang menjadi peneliti di Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt kali ini menemukan asam amino pada 9 buah meteorit.
Pada meteorit yang diteliti, Glavin menemukan bahwa seluruhnya kaya jenis asam amino L. Beberapa yang lain memiliki asam amino L dan asam amino R yang seimbang. Tak satu pun kaya asam amino R.
Asam amino L adalah jenis yang banyak terdapat pada makhluk hidup. Asam amino R dilihat dari strukturnya adalah "cermin" atau isomer (istilah kimia) dari asam amino L. Asam amino R hanya terdapat pada bakteri dan beberapa jenis siput laut.
Dengan hasil penelitian ini, Glavin mengungkapkan, "Ini menjadi bukti bahwa penemuan yang lalu bukanlah kebetulan. Memang ada sesuatu yang terjadi sehingga meteorit ini juga kaya akan asam amino L."
Glavin mengatakan, hasil studi ini juga menjadi petunjuk. Jika kehidupan di bumi kebanyakan terdiri dari asam amino L, bukan tidak mungkin molekul tersebut sebenarnya berasal dari meteorit.
"Meteorit-meteorit itu mungkin mengirim asam amino L ke bumi yang akhirnya membantu terbentuknya 'sup' prakehidupan. Ini bisa menjadi petunjuk bahwa kita ditakdirkan menjadi makhluk hidup L," katanya.
Hasil penelitian Glavin dipublikasikan di Meteoritics & Planetary Science yang terbit 17 Januari 2011. Di antara sembilan meteorit yang diteliti Galvin, salah satunya adalah Murchison yang menghantam Australia tahun 1969.
Dalam risetnya, Glavin juga menemukan bahwa air punya peran dalam meningkatkan jumlah L asam amino. Glavin menemukan adanya mineral yang terhidrasi (bereaksi dengan air) pada meteorit yang kaya asam amino L.
"Air sepertinya menjadi kunci. Semakin banyak asteroid yang mengalami kontak dengan air, semakin banyak L asam amino yang didapati," katanya. Namun, mekanisme air meningkatkan jumlah asam amino L belum diketahui.
Sementara itu, Glavin juga menyinggung peran radiasi dalam dominasi asam amino L. Radiasi sinar kosmos saat tata surya masih berusia muda mungkin sedikit mendukung terciptanya asam amino L dan hancurnya asam amino R.
Seluruh hasil bisa jadi petunjuk bahwa bagian tata surya lain pun didominasi oleh asam amino L. Jadi, jika terdapat kehidupan di bagian tata surya lain, kehidupan itu pasti juga didominasi oleh asam amino L.
"Kita sepertinya tidak ingin menjumpai cerminan dari L asam amino di tata surya kita," kata Glavin dalam wawancaranya dengan Nature, 19 Januari 2011. Asam amino L sering kali disebut asam amino kidal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.