JAKARTA, KOMPAS.com - Ajang International Summit 2010 Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, yang berlangsung 16-18 Desember 2010, juga dimanfaatkan untuk menjalin hubungan antara ilmuwan asal Indonesia yang saat ini berkiprah di luar negeri dengan ilmuwan di Tanah Air. Salah satunya dilakukan pakar fisika Indonesia, Prof. Yohanes Surya Ph.D untuk menjalin kerj asama dengan sesaama ilmuwan menuju terciptanya proyek riil pusat riset neurosains kelas dunia.
Yohanes Surya bertemu dengan Irawan Satriotomo, MD, Ph.D., ilmuwan neurosains yang kini mengajar di staf pengajar dan peneliti di University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat di sela-sela kegiatan tersebut. Ia menjajaki kemungkinkan Irawan untuk terlibat dalam program yang dicanangkannya.
"Saya berencana untuk mendirikan perguruan tinggi yang nantinya akan concern pada tiga hal, yakni energi, pendidikan dan life science. Sekarang sedang tahap pembangunan gedungnya," ungkap Yohanes yang kini masih aktif membina Tim Olimpiade Fisika Indonesia.
Apa tujuan pendiriannya? Yohanes mengatakan bahwa ia ingin memberikan wadah bagi para ilmuwan yang sekarang berada di luar negeri dan ingin kembali ke Indonesia. Dengan adanya wadah tersebut, ilmuwan bisa tetap berkarya di dalam negeri.
"Sekarang pertanyaannya, kalau kita ingin ilmuwan yang bekerja di luar bisa kembali ke dalam negeri, kita harus punya fasilitasnya. Bisa enggak kita menyediakannya sehingga ilmuwan tetap berkembang di dalam negeri? Kemudian, bisa hidup enggak mereka di sini? Karena itu, kita ingin memfasilitasi," paparnya.
INRI
Ketika bertemu Irawan, gayung pun bersambut meski belum benar-benar mencapai kesepakatan. Bidang life science yang dibidik Yohanes cocok dengan bidang yang ditekuni oleh Irawan. Tercetuslah ide untuk juga membuat Indonesia Neuroscience Research Institute (INRI).
Irawan menjelaskan, institut tersebut akan dibangun untuk melakukan penelitian-penelitian untuk mengatasi masalah neurosains, seperti penyakit degeneratif macam stroke dan jantung. "Ini adalah mimpi besar kita. Rencananya, ini mungkin akan tercapai di tahun 2012," ungkapnya.
Ia menjelaskan, "Saat ini, banyak dokter yang ketika lulus lalu mengambil spesialis. Dengan adanya lembaga riset itu, kita ingin mengajak dokter untuk menekuni riset kedokteran sehingga nanti terwujud penanganan pasien yang berdasarkan hasil riset."
Pemilihan bidang neurosains sendiri dianggap cocok dengan kondisi epidemologi Indonesia saat ini, terutama di wilayah urban. Banyak penyakit degeneratif yang menyerang populasi, menyebabkan beberapa anggota masyarakat harus lari ke luar negeri untuk melakukan pengobatan.
"Nantinya, saya juga akan melakukan seleksi terhadap sumber daya yang akan berperan di sini. Kita akan memilih sumber daya yang benar-benar kompeten, terdiri dari para peneliti yang telah diakui di dunia internasional," jelas Irawan.
Pusat riset ini nanti dicita-citakan akan terintegrasi dengan universitas dan rumah sakit pendidikan. Hal itu memberi peluang bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar lebih. Ke depan, Indonesia pun bisa melahirkan lebih banyak peneliti mumpuni.
Rencana pembangunan INRI akan terlebih dahulu dimulai dengan membangun universitas. Dengan pembangunan wadah semacam pusat studi yang berkualitas, Yohanes mengatakan, "Saya rasa besar potensi ilmuwan untuk kembali ke Indonesia."
Irawan menjelaskan, kesuksesan proyek INRI akan tergantung pada sumber daya, dana dan regulasi pemerintah. Lembaga yang dikatakannya bisa menelan dana minimal Rp 10 miliar per tahun itu akan sangat tergantung pada keleluasaan yang diberikan pemerintah bagi ilmuwan untuk melakukan riset.
Selain itu, kesuksesan juga akan tergantung mindset dari peneliti dan masyarakat. "Dari penelitinya cukup confidence tidak, sementara dari masyarakatnya bagaimana menanggapi hasil riset ilmuwan dalam negeri," kata Irawan.
Saat ini, Irawan tengah menyusun proposal dari pendirian pusat riset tersebut. Yohanes telah mengkomunikasikan tentang konsep universitas yang akan dibangun dan Irawan pun menyampaikan konsep pusat risetnya. Dikatakan, sebuah funding telah siap mendanai proyek ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.