Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menantang Kemapanan dalam Astronomi

Kompas.com - 18/12/2010, 10:16 WIB

KOMPAS.com - Kalau ada orang yang senang menantang kemapanan dalam astronomi, mungkin Johny Setiawan-lah orangnya. Ia adalah astronom berusia 36 tahun asal Indonesia yang bekerja di Departemen Planet dan Formasi Bintang Max Planck Institute for Astronomy, Jerman.

Mengapa dikatakan senang menantang? Sebab lewat beberapa risetnya, ia tengah mempertanyakan kembali tentang teori proses terbentuknya planet serta berbagai syarat
yang dibutuhkan, sesuatu yang saat ini seolah menjadi dogma.

Sebut saja terbentuknya planet yang mensyaratkan adanya bintang yang kaya logam. Kemudian, sebuah teori lagi yang mengatakan, ketika bintang telah menua usianya,
planet-planet di sekitarnya akan mati. Johny menantang kedua hal tersebut.

"Banyak yang mengatakan mustahil bagi planet untuk tetap hidup saat bintangnya sudah menua. Tapi ternyata salah. Penelitian saya menunjukkan hal itu," paparnya.

Penelitian yang dimaksud adalah hasil temuan terbarunya, planet ekstra surya bernama HIP 13044b yang memiliki bintang induk yang disebut HIP 13044 atau Sergio. Temuannya dipublikasikan dalam jurnal Scientific Express bulan lalu.

Penemuan tersebut memiliki tiga keistimewaan. Pertama adalah karakteristik bintang induknya. "Bintang induk planet ini ternyata miskin logam, kandungan logamnya kurang
lebih hanya 1 persen," kata Johny. Padahal, bintang induk biasanya kaya akan logam. Keistimewaan kedua adalah planet yang ditemukan ternyata berasal dari galaksi asing,
alias di luar Bima Sakti. "Karena gaya gravitasi Bima Sakti yang kuat, maka planet-planet yang terdapat di galaksi lain akan tertarik," jelas Johny.

Keistimewaan ketiga, ia mengatakan, "planet itu menginduk pada sebuah bintang yang sebenarnya sudah memasuki masa senjanya. Ini baru satu-satunya yang seperti itu,"
katanya yang telah menemukan 15 planet ini.

Ia menjelaskan, "Dilihat dari teori evolusi bintang, planet yang saya temukan seharusnya sudah hancur. Tapi ternyata masih hidup." Bintang induk planet tersebut seharusnya
sudah membakar planet itu.

Menurut Johny, "Penemuan ini bisa menjadi dasar pendapat bahwa ketika matahari menua 5 milyar tahun nanti, planet bumi sebenarnya masih hidup walaupun dengan
kondisi yang jauh berbeda dengan sekarang."

Namun demikian, kehidupan di muka bumi diperkirakan telah tiada. "Manusia mungkin sudah ngga ada di bumi," cetusnya. Suhu bumi akan panas sehingga jika ada, mungkin
hanya makhluk tahan panas yang bisa bertahan.

Kini, ia tengah mempersiapkan penelitian terbarunya. Penelitian ini akan melihat kemungkinan planet untuk tetap hidup kala bintang induknya sudah mati. Sekaligus kemungkinan planet-planet bisa bereinkarnasi.

Sejak kecil

Perjalanan kesuksesan Johny sebenarnya telah dimulai sejak umur 4 tahun. "Saat itu saya senang sekali lihat film Star Trek di TVRI. Rasanya senang bisa lihat penjelajahan
ke luar angkasa. Orang tua saya mungkin tidak menyadari, tapi saya terinspirasi," kenangnya.

Ketika beranjak lebih besar, ia mulai membaca khazanah ilmu pengetahuan bagi anak-anak berjudul "Alam Semesta dan Isinya". Wawasannya tentang astronomi pun
bertambah, seiring minatnya yang juga terpupuk.

Memasuki bangku SMA, ia banyak mendapat kesempatan mengikuti lomba-lomba seperti kimia dan fisika. Meski demikian, nilai fisikanya sebenarnya termasuk yang
terendah diantara nilai IPA lainnya. Tapi, ia tetap percaya bisa mencapai cita-cita sebagai astronom.

Lulus SMU, ia pun melanjutkan studi ke Freiburg University dari jenjang sarjana hingga doktoral. Saat mengambil program doktoral itulah ia mendapat kesempatan untuk
meneliti planet ekstra surya dan akhirnya berlanjut hingga sekarang.

"Saat itu, professor saya memberikan tawaran untuk menganalisa garis spektrum bintang," katanya. Dengan menganalisa garis spektrum bintang, manusia bisa mengetahui
keberadaan planet yang mengelilingi bintang tersebut.

Hingga kini, Johny telah berhasil menemukan 15 planet ekstra surya. Beberapa di antaranya adalah HD 47536b, HD 47536c, HD 70573b dan HD 11977b. Angka
dalam nama planet menunjukkan posisi planet di jagad raya sementar hurub di belakang menunjukkan urutan planet.

Astronomi di Indonesia, menurut Johny, sangat berpotensi untuk dikembangkan. "Kita punya banyak potensi tetapi tidak memiliki kesempatan," katanya saat ditemui di
International Summit Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional 2010, Jumat (17/12/2010).

"Melihat itu, sebaiknya yang dilakukan untuk meningkatkan kesempatan. Misalnya, coba kalau di suatu kota ada suatu observatorium. Saya kira itu akan turut membangun
kesempatan menjadi astronom," katanya.

Dengan kesempatan yang diciptakan, ia mengatakan bahwa mungkin akan banyak orang Indonesia yang menekuni astronomi. Ia pun siap membantu dengan bergabung dalam Ikatan Ilmuwan Internasional Indonesia (I4), wadah buat para ilmuwan asal Indonesia yang kini berkarir di luar negeri untuk memberi sumbangan bagi perkembangan iptek di Tanah Air. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com