Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Penguin di Kutub Selatan

Kompas.com - 14/12/2010, 03:47 WIB

Makhluk hidup bernama penguin itu bahkan jauh lebih ganjil dari gambaran yang hidup di benak kami atau tayangan televisi. Sosoknya adalah gabungan antara burung dan bebek dengan punggung keabu-abuan dan perut putih bersih.

Paruh dan kepalanya yang bulat menyerupai bebek. Namun, sayap kecil dan lekukan di bagian ekor membuatnya lebih mirip burung. Saat berjalan, nah inilah bagian paling menggelikan, mereka bergerak limbung miring ke kiri dan kanan, tetapi langkahnya stabil. Suara ”wek, wek, wek” saat mereka bercengkerama di atas kerikil pantai menimbulkan keberisikan yang aneh di tengah sunyi mencekam.

Pemandangan kawanan penguin bermain di pinggiran pantai itu membuka perjalanan kami ke kawasan benua beku. Kesunyian dan suhu lima derajat celsius menyergap begitu kami turun dari pesawat di Bandara Punta Arenas.

Untuk melihat penguin di pantai Penguin Colony, kami naik mobil sekitar 2 jam dari Punta Arenas. Turun dari mobil, kami harus berjalan sekitar 1 kilometer menuju tepi pantai tempat sekumpulan penguin berada. Penguin yang ada hanya dalam jumlah kecil, 30-50 ekor dan ukurannya kecil-kecil, maksimum setinggi 40-50 sentimeter. Angin sangat kencang bisa mencapai 80 kilometer per jam.

Kami berlima, Sofyan Arief Fesa (27), Broery Andrew (21), Janatan Ginting (21), Budi Hartono Purnomo (51), dan saya sendiri, Xaverius Frans (21), akan mendaki Gunung Vinson Massif (4.890 meter).

Ini puncak keempat yang kami daki dalam ekspedisi pendakian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua (The Seven Summits). Pendakian panjang yang kami jalani sejak 2009 itu kami rangkai dalam Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar. Tim yang didukung penuh PT Mudking Asia Pasifik Raya mengawali pendakian dari Cartenz Pyramid (4.884 m), lalu Kilimanjaro (5.189 m) di Afrika, dan Elbrus (6.189 m) di Rusia.

Seperti mimpi rasanya. Seumur-umur tak pernah terpikir bakal menginjakkan kaki di wilayah Kutub Selatan dan bertemu penguin. Binatang unik penghuni kutub itu hanya ada dalam angan atau paling banter boneka mainan semasa kanak-kanak.

Ribuan kilometer kami tempuh untuk menjalani ”mimpi yang menjadi kenyataan” ini. Dari Jakarta, Minggu (28/11), kami terbang lebih dari 26 jam untuk menuju Santiago, Cile. Rasa penat segera terobati dengan sambutan ramah Dubes RI untuk Cile Bapak Aloysius Alle Meja beserta para stafnya. Pak Dubes mengundang kami makan malam dengan suguhan sop buntut, salmon grill, ayam rica cabai hijau, dan aneka buah serta anggur merah cile yang terkenal itu.

Dari Santiago, kami terbang empat jam 10 menit menuju Punta Arenas, kota di ujung selatan Amerika Latin, Kamis (2/12). Di kota inilah pertemuan pertama dengan kawanan penguin yang menjadi pembuka cerita ini terjadi.

Angin kutub

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com