Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomasi Lidah Setan

Kompas.com - 08/12/2010, 03:45 WIB

RENÉ L PATTIRADJAWANE

Hubungan diplomasi di Asia Timur di masa mendatang akan berbeda dibandingkan sebelumnya, terutama setelah berbagai kawat rahasia dari beberapa perwakilan Pemerintah AS di Asia bocor terungkap di WikiLeaks.

Tata hubungan internasional dan diplomasi akan berubah menjadi lebih rumit untuk mencapai berbagai kesepakatan politik, ekonomi, perdagangan, keuangan, dan lainnya. WikiLeaks memberikan dimensi baru dalam diplomasi di Asia Timur, terutama upaya untuk meredam dan mencegah pertikaian dua Korea menjadi perang terbuka.

WikiLeaks akan menjadi ujian penting dalam Pembicaraan Enam Pihak yang berupaya untuk mengendalikan Korea Utara untuk masuk dalam kesepakatan non-proliferasi nuklir, membahas perdamaian Semenanjung Korea, dan mencari jalan menyelesaikan reunifikasi dua Korea sebagai satu-satunya sisa monumental Perang Dingin.

Salah satu faktor penting pengaruh WikiLeaks terhadap tata hubungan internasional adalah dokumen bocoran ini memuat karakter individu bagaimana kepala juru runding China, Wu Dawei, dideskripsikan sebagai nasionalis garis keras, seorang arogan, bekas anggota Pengawal Merah yang mempropagandakan Marxisme, tak mengerti mengenai Korut, tidak mengerti mengenai non-proliferasi, dan sulit berkomunikasi karena tidak bisa berbahasa Inggris.

Deskripsi tentang Wu Dawei yang menjabat sebagai Wakil Menlu China jelas akan memengaruhi jalannya Pembicaraan Enam Pihak Semenanjung Korea. Ketika para diplomat China dan AS bertukar pikiran dan para diplomat Beijing memperkirakan potensi keruntuhan rezim Stalinis Korut, masalah perang dan damai tidak mempunyai arti ketika diseminasi informasi dibaca sesuai dengan kepentingan nasional dan keamanan suatu negara.

Dalam dokumen bocor Pemerintah AS banyak pandangan pribadi diplomat AS menggambarkan posisi pemimpin dunia yang akan menciptakan apa yang kita sebut ”diplomasi penghinaan”. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad disamakan dengan Hitler, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy disebut sebagai ”kaisar tanpa busana”, Presiden Afganistan Hamid Karzai disebut sebagai karakter yang paranoid, dan Kanselir Jerman Angela Merkel sebagai ”politisi Teflon”.

WikiLeaks menandai hubungan diplomatik internasional apa yang disebut dalam bahasa Yahudi sebagai lashon hara (lidah setan), ekspresi moralitas kelangsungan diplomasi ketika deskripsi kebenaran tentang dunia yang semakin rumit tidak serta-merta menghapus luka atau sakit hati yang ditimbulkan.

Tata cara diplomasi global yang terbuka dengan diseminasi informasi ada dua persoalan yang menjadi taruhan dan pertimbangan, apakah sopan dan apakah benar? Kalau jawaban pertama adalah tidak, persoalan kedua menjadi tidak penting karena keharusan etika diplomasi menuntut kebisuan.

Selama ini diplomasi internasional dalam situasi kritis sekalipun selalu mengacu apa yang ditulis penyair dan pelukis Inggris, William Blakes, yang menyatakan, A truth that’s told with bad intent beats all the lies you can invent (Sebuah kebenaran yang diucapkan dengan niat buruk akan mengalahkan seluruh kebohongan yang kita ciptakan).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com