Kearifan Lokal Kuatkan Pariwisata

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kearifan lokal selayaknya dapat ikut membentuk ilmu pengetahuan dan penemuan modern. Sehingga inovasi modern dapat digunakan secara bijak dan harmonis dengan alam. Hal tersebut diutarakan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Prof. Ir. Sudjarwadi, M. Eng., Ph.D dalam sambutan pembukaan WISDOM 2010 di UGM, Senin (6/12/2010).

Sehubungan dengan erupsi Gunung Merapi, lanjut Sudjarwadi, UGM telah mempelajari pengetahuan baru dan bersama berbagai pihak mengupayakan kondisi yang lebih baik untuk korban erupsi Merapi. "Kami berusaha mendorong masyarakat untuk membangun pengetahuan agar dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan Gunung Merapi, gunung paling aktif di dunia," katanya.

Menurut Sudjarwadi, Gunung Merapi dapat memberikan pelajaran kepada masyarakat mengenai sumber daya alam, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan sampai politik.

Sementara itu, Director and Representative of UNESCO Office, Regional Science Bureau for Asia and the Pacific, Prof. Hubert Gijzen, Ph.D turut hadir memberi sambutan. Ia mengatakan perlunya kearifan lokal untuk menguatkan sektor pariwisata.

"Kita berada di dekat Gunung Merapi dan dua UNESCO Heritage Site, Candi Prambanan dan Candi Borobudur," kata Gijzen. Candi Borobudur, jelasnya, pasca erupsi Gunung Merapi tertutup debu vulkanik.

Seperti kembali ke masa lalu saat candi tersebut tertimbun tanah akibat letusan gunung dan tersembunyi di dalam hutan menunggu untuk ditemukan. Ia berharap kearifan lokal dan ilmu modern dapat membantu pembenahan kembali Candi Borobubur.