Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Lambat Picu Tsunami 14 Meter

Kompas.com - 20/11/2010, 14:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bekerja sama dengan lembaga penelitian Singapura dan AS menemukan fakta mengejutkan tentang tsunami di Mentawai. Mereka baru saja pulang dari Mentawai berkaitan dengan misi penelitian pascatsunami yang bertujuan untuk mendeteksi panjang gelombang tsunami dan ketinggian gelombangnya.

"Gempa yang pelan dan terjadi cukup lama itu mampu menimbulkan gelombang tsunami dengan panjang 8 meter dan ketinggian gelombang 14 meter," kata Dr Danny Hilman, pakar geologi LIPI dalam jumpa pers yang diadakan di Gedung Dewan Pertimbangan Presiden, Jakarta, Jumat (19/11/2010). Turut hadir dalam jumpa pers tersebut peneliti Herman Fritz dan Jose Borrero dari AS.

Danny mengatakan bahwa gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gempa di mentawai terbilang tinggi. Gelombang tsunami sendiri cenderung mengarah ke selatan sehingga banyak daerah yang tersapu. Sementara, ketinggian gelombang tsunami di arah utara sendiri hanya 5 hingga 6 meter.

Jose Borrero mengaku terkejut dengan penemuan ketinggian tsunami itu. Ia tidak menyangka bahwa gempa yang tak begitu dirasakan warga sekitar ternyata bisa menimbulkan tsunami yang sangat tinggi.

Gempa lambat

Gempa tersebut ternyata merupakan slow earthquake (gempa lambatatau gempa berayun), seperti yang beberapa tahun lalu terjadi di Pangandaran dan menimbulkan tsunami. Dalam penelitiannya, ia juga memaparkan bahwa saat itu masyarakat pun mengalami kebingungan dengan gempa yang terjadi.

"Masyarakat (Mentawai) juga bingung karena gempanya tak begitu terasa tetapi mengapa terjadi dalam waktu lama," ungkap Borrero melanjutkan keterangannya. Kebingungan itulah yang menyebabkan masyarakat ragu apakah akan menyelamatkan diri atau tidak. Akhirnya, kebingungan itu memicu timbulnya korban jiwa yang besa begitu gempa itu diikuti dengan tsunami. Menurutnya, tsunami itu membunuh hampir 40 persen penduduk Mentawai.

Setelah gempa beberapa saat terjadi, sebenarnya masyarakat Mentawai mulai siaga dan menyelamatkan diri. "Setelah mendengar suara gemuruh tsunami yang diungkapkan seperti pesawat jet, penduduk baru menyelamatkan diri ke perbukitan, tapi terlambat," terang Danny.

Borrero mengungkapkan, masyarakat Jawa dan Sumatra sebenarnya sudah paham mengenai gempa dan kemungkinan terjadinya tsunami. Namun mungkin, slow earthquake ini masih menjadi fenomena baru bagi masyarakat Mentawai, walaupun bukan hal baru sebenarnya di Indonesia dan dunia.

Agar peristiwa ini tidak terulang, masyarakat perlu mendapat pen getahuan tentang kapan harus menyelamatkan diri. "Kalau gempa terjadi dalam durasi 30 detik pasti kekuatannya sudah mencapai 7 skala richter (SR). Kalau sudah lebih dari satu menit pasti sudah mencapai 8 skala richter (SR). Saat itu, masyarakat sudah harus menyelamatkan diri atau dievakuasi," lanjutnya.

Menurutnya, masyarakat harus mulai mengenali dan waspada. Namun demikian, masyarakat tidak harus takut dengan gempa itu dan tsunami, tetapi masyarakat hanya harus memahaminya dan mewaspadainya. Waspadalah!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com