Sejumlah warga yang ditemui Kompas
Amri (51), warga 19 Ilir, Palembang, duduk santai di pelataran Masjid Agung Palembang. Sesekali dia mengobrol sambil merokok dengan beberapa kawannya yang sama-sama menunggu pembagian daging kurban.
”Saya tidak mampu beli daging sapi banyak-banyak. Di pasar harganya sekitar Rp 60.000 per kilogram,” kata Amri yang bekerja sebagai penjual makanan itu.
Menurut Amri, yang penghasilannya Rp 20.000 per hari itu, dirinya dan keluarganya belum tentu bisa menyantap menu daging sapi sebulan sekali. Ketika rezeki sedang banyak, ia bisa memberikan uang kepada istrinya untuk membeli sedikit daging sapi.
”Kalau makan tempe dan tahu, itu sudah rutin. Paling kami hanya mampu makan daging ayam karena harganya lebih terjangkau,” ungkapnya.
Amri yang punya empat anak mengatakan, tahun lalu dia tidak ikut antre untuk mendapatkan daging kurban. Tahun ini ia terpaksa ikut antre karena beban ekonomi terasa semakin berat. Apalagi keempat anaknya masih sekolah dan belum ada yang hidup mandiri.
Ana (33), warga Plaju, Palembang, yang juga menunggu pembagian daging kurban di Masjid Agung Palembang menuturkan, dirinya malah sama sekali tidak pernah membeli daging sapi karena tidak punya uang.
”Saya makan daging sapi setahun sekali, cuma saat hari raya Idul Adha. Kalau daging ayam masih terbeli, tapi daging sapi tidak pernah,” kata Ana.
Dengan penghasilan sekitar Rp 15.000 sehari dari hasil berjualan kue, memang berat bagi Ana untuk dapat membeli daging sapi. Sedangkan suaminya sudah meninggal sehingga dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.