Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menstruasi Tak Lagi Datang

Kompas.com - 11/11/2010, 06:15 WIB

Konsumsi berbagai jenis obat tersebut diduga menghambat produksi estrogen atau merusak ovarium. Faktor lainnya ialah gaya hidup yang berubah, misalnya pola makan dan aktivitas. ”Belum ada penelitian epidemologi soal itu,” katanya.

Sebaliknya, lambat menopause, misalnya sampai di atas usia 55 tahun, juga berbahaya. ”Masih banyak folikel dalam ovarium sehingga tubuh dipicu hormon. Kondisi ini berisiko menimbulkan kanker,” ujarnya.

Perubahan ke arah gaya hidup sehat membantu perempuan tetap hidup berkualitas dengan pengontrolan berat badan, meningkatkan latihan fisik, penghentian konsumsi rokok, dan mengurangi konsumsi alkohol. Gaya hidup sehat dimulai sedini mungkin. Sejumlah jenis makanan, seperti pepaya, bengkuang, kedelai, kacang merah, dan wortel juga tinggi kandungan fitoestrogen dapat ditambahkan dalam makanan sehari-hari.

Terapi hormon

Tantangan dalam penanganan menopause ialah mengatasi rendahnya estrogen. Salah satu upaya ialah dengan terapi hormon mengandung estrogen atau kombinasi estrogen dan progestogen guna menggantikan progesteron alami. Terdapat berbagai jenis estrogen yang digunakan dalam terapi, sebagian merupakan estrogen alami (estradiol, estrone, dan estriol).

Untuk yang tak lagi mempunyai rahim diberikan estrogen. Sedangkan bagi yang masih mempunyai rahim diberikan estrogen dan progestogen sebagai pengganti progesteron. Dalam jangka panjang, terapi estrogen saja tidak sesuai untuk perempuan yang masih memiliki rahim karena meningkatkan risiko penebalan dinding endometrium dan kanker endometrium.

Terapi hormon berfungsi menggantikan hormon estrogen yang hilang saat menopause sehingga gejala-gejala sementara, seperti gejolak panas, sukar tidur, jantung berdebar, dan tidak bisa menahan air kencing, bisa diatasi. Dapat pula menghambat osteoporosis sebagai akibat jangka panjang menopause. Ada pula hormon berbentuk krim untuk mengatasi kekeringan vagina—biasanya digunakan selama satu bulan sebelum kemudian berhubungan intim.

Tetap ada risiko

Namun, terapi hormon masih menyisakan kontroversi. Studi Women’s Health Initiative selama 15 tahun mengindikasikan, terapi hormon meningkatkan risiko serangan jantung, penggumpalan darah, stroke, dan kanker payudara. Studi itu sendiri dianggap mengandung sejumlah masalah, antara lain rata-rata peserta studi berumur 63 tahun—tidak mewakili perempuan lebih muda (50-59 tahun).

Med Ali Baziat mengakui tetap ada risiko kanker, terutama kanker payudara, tetapi dia meyakini kasusnya tidak tinggi. Perempuan yang mendapat terapi hormon biasanya disarankan menjalani tes kesehatan payudara. Terapi itu manfaatnya lebih besar pada mereka yang tahap menopause awalnya di bawah umur 60 tahun. Di atas usia itu, risiko kardiovaskuler dan kanker payudara bertambah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com