Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menstruasi Tak Lagi Datang

Kompas.com - 11/11/2010, 06:15 WIB


Ny Usi, bukan nama sebenarnya, 65 tahun, masih ingat berbagai perubahan pada tubuhnya saat usianya 54 tahun. Saat itu, siklus menstruasinya mulai tidak teratur. ”Awalnya dua bulan tidak mendapat haid, lalu lima bulan satu kali, dan setelah itu tidak sama sekali,” ujar warga Cibubur tersebut.

Tubuhnya juga kerap sangat kedinginan dan sakit kepala terus mendera. Emosi pun mudah naik mudah turun. ”Saya jadi suka marah tanpa alasan jelas,” ujarnya. Dia mencurigai dirinya memasuki menopause.

”Saya bertanya kepada teman-teman dan masing-masing pengalamannya berbeda. Ada yang kepanasan sampai mukanya menjadi merah seperti kepiting, eh saya malah kedinginan. Karena jawabannya tidak sama, timbul rasa takut apakah yang saya alami normal atau penyakit. Seorang kerabat yang juga dokter meyakinkan saya bahwa gangguan itu bagian dari menopause. Sekitar satu atau dua tahun saya jalani dan setelah itu semua ketidaknyamanan hilang,” katanya.

Tamu bulanan

Terjadinya menstruasi bergantung terutama kepada aktivitas hypothalamus dan anterior pituitary di otak serta kegiatan ovarium. Hypothalamus memproduksi gonadotropin—releasing hormone (GNRH) yang menstimulasi anterior pituitary untuk melepaskan Follicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH). FSH memicu pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Seiring pertumbuhan tersebut, estrogen diproduksi. Satu folikel kemudian tumbuh dominan.

Folikel yang tumbuh itu meningkatkan produksi estrogen dan menyebabkan proliferasi endometri dan sel payudara. Hal ini diikuti pelepasan sel telur yang matang dari folikel. Progesteron berfungsi menyiapkan endometrium untuk tempat penanaman embrio. Jika tidak terjadi pembuahan oleh sperma, endometrium luruh seiring menurunnya level estrogen dan progesteron. Proses menstruasi berikutnya dimulai lagi.

Prof Dr Med Ali Baziad, SpOG (K) dari Departemen Obstetry dan Gynecology FKUI RSCM, mengatakan, menopause diartikan sebagai terakhir kali seorang perempuan mengalami menstruasi. Menopause merupakan proses alami. ”Biasanya terjadi sekitar umur 50, tetapi dapat terjadi umur 45 hingga 55. Seseorang memasuki masa pascamenopause ketika tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut,” ujarnya dalam acara ”Siap Menghadapi Menopause: Penanganan Tepat Mengatasi Gejala Menopause”.

Berkurangnya hormon estrogen saat menopause menyebabkan berbagai masalah, seperti gejolak panas, sukar tidur, jantung berdebar, pusing, libido menurun, vagina kering, dan tak bisa menahan buang air kecil.

Gangguan jangka panjang, antara lain, osteoporosis (sampai patah tulang). Med Ali Baziad mengatakan, kepadatan tulang turun sebanyak 3 persen setelah 12 bulan tidak menstruasi. Penurunan estrogen berperan dalam peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah meningkat lebih drastis pada perempuan berumur di atas 60 tahun ketimbang pada pria. Tingginya tekanan darah terus-menerus merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner.

Tidak terkait

Menopause dini dapat terjadi kapan saja dan menurut Med Ali Baziad tak terkait dengan menstruasi pertama. Med Ali Baziad menduga, kasus menopause dini antara 35 tahun dan 38 tahun tak lepas dari penggunaan obat pelangsing secara serampangan dan terlalu banyak.

”Perempuan yang kelebihan berat badan ingin menurunkan berat badan secara cepat. Mereka mengonsumsi berbagai obat pelangsing sekaligus, bisa hingga 4-5 macam,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com