Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roti Pasir Merapi ala Anak-anak

Kompas.com - 10/11/2010, 10:34 WIB

Beberapa anak kecil terlihat asyik bermain di halaman rumah milik Solihatun (28), di Dusun Nglawisan, Kelurahan Taman Agung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Selasa (9/11) siang. Mereka membuat kue kering menyerupai nastar, dari bahan pasir dan lumpur, yang ditaburi bubuk bata.

Mereka tampak asyik bergumul dengan lumpur dan pasir, meski itu menjadikan mereka kotor. Anak-anak itu juga terlihat santai duduk di atas tanah tanpa menggunakan alas kaki.

Di bagian lain, roti-roti yang sudah kering dibungkus dengan kertas koran bekas yang sudah dipotong-potong. Sofi Fabriani (11), yang membungkus ”roti pasir” tersebut hanya tertawa saat ditanya harga hasil kreasinya.

”Dijual Rp 1.000,” kata Falisa Ariyani (5), teman bermain Sofi, yang terlihat sibuk meremukkan batu bata untuk taburan roti pasir buatan teman-temannya.

Membuat roti dari pasir dan lumpur saat ini menjadi salah satu hiburan bagi anak-anak di Dusun Nglawisan. Akibat letusan besar Gunung Merapi yang terjadi pada Kamis (4/11) malam, suasana di dusun yang berjarak sekitar 17,5 kilometer dari puncak Merapi itu mencekam.

Pohon-pohon di sekitar rumah warga tumbang dan tertutup abu vulkanik, bahkan empat rumah warga rusak tertimpa pohon. Listrik di wilayah itu juga sempat padam selama empat hari, namun pada Senin malam sudah mulai hidup kembali. Meskipun demikian, warga tetap bertahan karena tidak mendapatkan instruksi yang jelas untuk mengungsi.

”Ini hiburan untuk anak-anak agar mereka tidak ketakutan,” tutur Solihatun, ibu dari Falisa. Anak-anak sempat ketakutan saat Merapi memuntahkan isinya. Bahkan hingga saat ini, mereka masih belum bisa tidur tenang pada malam hari karena getaran dari Merapi masih terasa.

Selain itu, anak-anak juga membutuhkan hiburan karena selama lima hari terakhir tidak bisa bersekolah. Sekolah masih diliburkan untuk sementara waktu. Sebagian besar anak di dusun itu bersekolah di SD Taman Agung II dan TK Pertiwi.

”Kadang juga main umpetan,” kata Berta Ayuning Putri (8), anak lainnya di Dusun Nglawisan. Ia yang juga sibuk mencetak roti-roti pasir, berharap sekolahnya kembali dibuka sehingga anak-anak bisa belajar kembali.

Anak-anak yang tinggal di pos pengungsian juga berupaya mengusir kejenuhan dengan berbagai aktivitas. Meski demikian, terselip rasa waswas bagi mereka yang akan menempuh ujian.

Candra Adityoko (15), siswa Kelas IXC SMP Negeri 2 Ketep, Sawangan, Kabupaten Magelang, mengaku sudah tidak sekolah selama sepekan. Padahal pada 6 Desember nanti, dia harus mengikuti ujian semester. Candra mengaku cemas menghadapi ujian semester meskipun masih sebulan lagi.

Namun, karena Merapi tak kunjung reda, sekolah Candra yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Gunung Merapi ditutup. Selama tinggal di pengungsian, Candra dan teman-temannya menganggur karena tidak ada sekolah tenda. ”Mau belajar sendiri tidak bisa konsentrasi. Paling-paling kegiatannya hanya meninjau rumah di waktu pagi dan berkumpul dengan teman-teman di pengungsian pada sore atau malam hari,” kata Candra.

David Rahmat Iswidibyo, siswa Kelas XII SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan, mengatakan, para siswa diliburkan karena sekolahnya digunakan sebagai tempat pengungsian. Pengelola sekolah meminta siswa mencari sekolah lain di tempat asal siswa. ”Kami belum tahu sampai kapan sekolah digunakan untuk pengungsian. Yang kami khawatirkan adalah ujian semesteran Desember nanti,” kata dia.

Data Badan Koordinasi Wilayah Jawa Tengah II Magelang, sekolah yang dijadikan tempat pengungsian di Kabupaten Magelang berjumlah 28 sekolah. Adapun di Boyolali berjumlah 19 sekolah dan di Kota Magelang 2 sekolah. (WIE/HEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com