Pontianak, Kompas -
Demikian dikatakan Project Leader Putussibau World Wide Fund for Nature (WWF)
”Urutan berikutnya adalah Kabupaten Sintang dengan 24 ekor. Sebagian besar responden mengungkapkan informasi dalam rentang lima tahun terakhir, tetapi sebagian kecil lainnya mengungkapkan apa yang mereka ketahui dalam rentang 20 tahun hingga 30 tahun lalu,” ujar Albertus.
Survei pada 2010 itu melibatkan 2.537 responden di 238 desa dari 11 kabupaten habitat orangutan. Survei yang melibatkan 13 lembaga itu juga memantau habitat orangutan.
Dari survei diperoleh fakta baru, alasan utama perburuan orangutan ternyata bukan untuk diperdagangkan. ”Sebanyak 64 persen di antaranya menyatakan ada perburuan orangutan dengan tujuan untuk dimakan,” ujarnya. Hanya 4 persen responden mengungkapkan informasi tujuan perburuan untuk perdagangan anak orangutan.
Kini orangutan di kawasan konservasi Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara ada 2.500 ekor, sedang di Kapuas Hulu ada 2.000 ekor. Dari survei itu didapat informasi, masyarakat setidaknya melihat orangutan di 254 lokasi kawasan hutan Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang serta 130 lokasi di hutan di Kapuas Hulu. Di kabupaten lain, lokasi perjumpaannya lebih sedikit.
Albertus menambahkan, kematian orangutan akibat perburuan itu hanya salah satu dampak konflik antara manusia dan orangutan. Ketua Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata