Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Lahar Dingin di Code

Kompas.com - 07/11/2010, 02:56 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Hujan deras sepanjang Sabtu (6/11) pukul 15.00 yang berlangsung selama 2,5 jam kembali menaikkan debit air di Kali Code, Kota Yogyakarta. Di beberapa titik, seperti di wilayah Gondokusuman dan Danurejan, air bahkan sempat meluap keluar bibir kali.

Sejak Rabu lalu Kali Code mendapat gelontoran lahar dingin hasil erupsi Gunung Merapi. Sejumlah warga di bantaran Kali Code hanya dapat berusaha menyelamatkan diri dan kampungnya secara swadaya. Hal itu menyusul tak adanya upaya yang komprehensif dari Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta untuk menanggulangi pengungsian warga di sepanjang bantaran Kali Code dari bencana banjir lahar dingin letusan Gunung Merapi.

Limpasan materi berupa batu-batu kecil, lumpur, abu, dan pasir Merapi membuat arus Kali Code menjadi deras dengan warna coklat keruh pada Sabtu sekitar pukul 16.00. Endapan pasir dan lumpur itu mempercepat pendangkalan kali sehingga kemampuan menampung air berkurang.

Sebagian warga terpaksa mengungsi. Seperti di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, lebih dari 100 jiwa di kampung itu hanya dapat mengungsi ke masjid terdekat. Mereka belum mengetahui apa yang bakal terjadi pada kampungnya jika banjir lahar dingin itu meluap ke permukiman warga.

Totok Pratopo, penggerak masyarakat Kali Code di kampung itu, menyatakan, talut sungai di kampungnya itu diperkirakan tak akan mampu untuk menahan banjir lahar dingin lebih lama lagi karena tidak dibangun dengan beton, tetapi hanya tumpukan batu bata. Sementara itu, sedimen materi banjir lahar dingin, yang sebagian besar berupa pasir, telah setinggi 2 meter dari ketinggian talut Kali Code yang bertinggi 3 meter.

”Kalau dua hari lagi masih terjadi banjir lahar dingin, dinding talut ini bisa jebol,” katanya.

Untuk melindungi kampungnya, warga kampung di bawah Jembatan Kewek, Kota Yogyakarta, pun hanya dapat meninggikan talut Kali Code dengan menumpuk karung-karung pasir setinggi 0,5 meter. ”Kami sudah minta bantuan karung plastik ke kelurahan sejak hari Jumat, tetapi tak pernah direspons. Akhirnya kami mengadakan sendiri dan terkumpul 300 karung plastik,” katanya.

Hingga Sabtu sore warga di sekitar bantaran Kali Code tampak panik menyaksikan gelontoran banjir lahar dingin yang berisi materi berupa pasir, batu besar dengan diameter sampai 1 meter, dan potongan-potongan kayu. Mereka tak hanya mengkhawatirkan nyawanya, tetapi juga rumah mereka yang bisa diterjang banjir lahar dingin itu.

Nanto (50), salah satunya. Warga Kelurahan Tegalpanggung ini mengaku resah dengan meningginya muka air Kali Code. Dia hanya dapat berharap agar rumah dan kampungnya tetap selamat dari terjangan banjir lahar dingin.

”Sampai sekarang kami memang hanya dapat berharap karena pemerintah juga belum melakukan apa pun untuk mengendalikan banjir ini,” katanya.

Awas banjir

Pemerintah Kota Yogyakarta langsung menaikkan status Awas banjir lahar dingin saat arus Kali Code kembali deras akibat hujan lebat kemarin sore. Terdapat sekitar 13.000 orang yang tinggal di bantaran Kali Code yang melintasi delapan kecamatan dan 14 kelurahan.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan segala sesuatu jika banjir lahar meluap di Kali Code.

Pemkot menyiapkan 58 titik kumpul beserta logistik jika warga harus mengungsi. ”Untuk mengurangi sedimen di Code, kami juga akan mengerahkan dua unit backhoe untuk mengeruk dasar kali besok (hari ini). Dua unit pompa penyedot lumpur dan air juga disiapkan,” kata Haryadi. Dari pengecekan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Yogyakarta diketahui, sedimen akibat materi Merapi di Code sudah mencapai ketebalan 70-100 cm.

Pengerukan itu sesuai instruksi Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X. ”Jika ada hujan deras, ya pasti membeludak. Tadi pagi saya minta dikeruk,” kata Sultan. (ENG/MDN/THT/EGI/PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com