Akibat tsunami, 112 orang tewas dan ratusan penduduk Pulau Pagai Selatan dan Pulau Pagai Utara diperkirakan hilang tersapu tsunami.
Demikian penjelasan resmi hasil Rapat Koordinasi Musyawarah Pimpinan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Selasa (26/10) malam, yang dipimpin Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dan dihadiri antara lain Bupati Mentawai Edison Saleleubaja.
Episentrum gempa, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, berpusat di kedalaman 10 kilometer pada jarak 78 kilometer sebelah barat daya Pulau Pagai Selatan. Gempa besar ini, Senin malam, membuat panik penduduk Kota Padang yang kemudian berlarian mencari tempat yang tinggi.
Manajer Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan Bencana Pemerintah Provinsi Sumbar Ade Edward, Selasa, mengatakan, jumlah pengungsi mencapai 637 keluarga atau sekitar 3.500 orang. Adapun bantuan logistik yang dikirim dari Padang juga sulit masuk lokasi bencana mengingat ketinggian ombak kemarin mencapai 5 meter.
”Kapal yang kami kirim ke sana tadi pagi sempat balik lagi. Kami baru mengirim bantuan lagi sore harinya. Kemungkinan kapal bantuan yang mengangkut logistik sampai ke Pagai pada pagi hari karena waktu tempuh dari Padang mencapai 12 jam,” katanya. Para pengungsi menurut Ade terpaksa tinggal di rumah-rumah warga yang terletak di dataran tinggi.
”Sementara ini komunikasi dari dan ke Pulau Pagai Selatan belum bisa dilakukan. Informasi ini dari Pulau Pagai Utara, dan belum lengkap,” kata Ade Edward. Wakil Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet meminta bantuan baju-baju bekas, makanan, tenda ringan, dan kantong mayat.
Pinda Simanjuntak dari Yayasan Citra Mandiri Mentawai menambahkan, Dusun Monga dan Dusun Munte Kecil, dua dusun dari enam dusun di Desa Malakopak, Kecamatan Pagai Selatan, luluh lantak disapu tsunami. ”Ada ratusan rumah layak huni yang memang sudah tidak dihuni sejak 2007 hancur. Air masuk hingga 800 meter dari bibir pantai dengan ketinggian 1,5 meter.”
Gelombang air laut juga merusak Kantor Kecamatan Pagai Selatan, kantor lain, dan sejumlah gedung sekolah.