Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merapi Tertutup Kabut

Kompas.com - 19/10/2010, 11:14 WIB

Sleman, Kompas - Kabut tebal yang menutup Gunung Merapi selama dua hari terakhir menyulitkan pemantauan aktivitas visual gunung itu. Kabut tebal ini terjadi karena cuaca ekstrem dan hujan, bukan akibat aktivitas gunung api tersebut.

Petugas di pos pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang barat, Heru Suparwoko, mengatakan, sejak Minggu pukul 06.25, Merapi tertutup kabut. "Merapi jadi agak sulit diamati. Tanda-tanda visual tak tampak sama sekali," ujar Heru, Senin (18/10).

Meskipun begitu, ia memastikan Merapi aman-aman saja, kondisi masih dalam status "waspada". Tidak bisa diperkirakan sampai kapan Merapi tertutup kabut. "Cuaca ekstrem sekarang sulit diduga," kata Heru. Aktivitas Merapi diakui memang meningkat. Pada 17 Oktober, misalnya, beberapa hal terlihat meningkat dibandingkan dengan 16 Oktober. Gempa vulkanik pada 16 Okto-ber tercatat 23 kali dan meningkat sehari sesudahnya, yaitu menjadi 43 kali. Adapun gempa multiphase meningkat menjadi 357 kali; pada tanggal 16 Oktober 254 kali. Pengungsi

Kepala Desa Umbulharjo, Cangkringan, Bejo Mulyo mengatakan, pemerintah mesti cepat menyikapi kekurangan-kekurangan di barak. Desa Umbulharjo segera membangun barak sendiri dengan dana dari sebuah yayasan asing.

"Pak Sri (Sri Purnomo, Bupati Sleman) pekan lalu, saat berkunjung, menegaskan akan mengupayakan perlengkapan lain yang diperlukan pengungsi. Dari barak kami, yang masih kurang ialah oli, kamar mandi, dan dapur. Semoga pemkab bisa mengupayakannya," katanya.

Bejo berharap, barak-barak lain juga diperhatikan. Peralatan sederhana, seperti tikar, tenda, alat-alat dapur, juga bisa menjadi ganjalan apabila tak disiapkan jauh hari sebelumnya. Barak Umbulharjo sendiri tidak mempunyai tikar.

Secara terpisah, Kepala Desa Hargobinangun, Pakem, Bejo Wiryanto mengatakan, pihak-nya perlu banyak peralatan dan fasilitas, misalnya mesin diesel, tenda, tikar, dan alat-alat komunikasi seperti handy talky. "Satu tenda peleton yang ada jelas kurang untuk antisipasi. Kami sudah berkali-kali mengajukan permintaan itu ke pemkab," kata Bejo.

Bejo Wiryanto juga menekankan pentingnya Pemkab Sleman mempersiapkan antisipasi pascaerupsi, terutama masalah transportasi. "Begitu status awas, warga turun memakai kendaraan. Menumpang kendaraan, itu otomatis," katanya.

Ketika di barak, transportasi yang siap sewaktu-waktu tetap harus dipersiapkan. Hal tersebut untuk keperluan mobilitas pelayanan pengungsi. "Memang ada warga yang mempunyai kendaraan pribadi. Namun, warga ini tentu ada kebutuhan pribadi juga sehingga kendaraannya tak bisa selalu dipinjam. Ini persoalan yang mungkin sepele, tetapi nanti pasti terjadi. Jika nggak siap, semua pihak akan kalang kabut," katanya Bejo Wiryanto menegaskan. (PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com