Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Berbakat Belum Tentu Sukses

Kompas.com - 28/09/2010, 10:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anak-anak dengan bakat luar biasa ternyata sama besar kemungkinannya untuk gagal ataupun sukses pada masa dewasa. Dalam salah satu penelitian terluas yang pernah diadakan, ditemukan, dari 210 anak berbakat, hanya tiga persen yang akhirnya "jadi orang".

Profesor Joan Freeman mengatakan, dari 210 anak-anak yang dia teliti, hanya setengah lusin yang bisa dikatakan meraih "kesuksesan konvensional". 

"Pada usia enam atau tujuh tahun anak berbakat memiliki potensi yang mencengangkan, tetapi banyak dari mereka terjebak dalam situasi potensi terpasung," kata Freeman seperti yang dikutip Daily Mail.

Profesor Freeman melacak anak-anak yang berbakat di bidang matematika, seni, dan musik sejak tahun 1974 hingga sekarang.

Kebanyakan dari mereka tidak sukses pada masa dewasa karena perlakuan yang mereka alami dan dalam beberapa kasus direnggut dari masa kanak-kanak. Dalam beberapa kejadian, orangtua menekan anaknya begitu keras atau malah dipisahkan dari kelompok sebayanya sehingga akhirnya hanya mempunyai sedikit teman.

Ia juga menambahkan, "menjadi istimewa" berarti lebih bisa menghadapi hal-hal yang bersifat intelektual, tetapi tak selalu bisa menghadapi hal-hal emosional.

Freeman juga cenderung menekankan bahwa anak-anak berbakat sama rapuhnya dengan anak biasa, bahkan mungkin "punya kekuatan emosi yang lebih besar".

"Saya ingin menegaskan, mereka yang berbakat juga hanya manusia biasa, tapi menghadapi tantangan-tantangan, khususnya harapan yang tidak sesuai kenyataan, biasanya dipandang aneh dan tak bahagia," tegas Freeman.

"Orangtua dan guru merasa terancam dengan kehadiran mereka dan bereaksi meredam kemampuan mereka. Yang mereka inginkan hanya diterima apa adanya, kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi, dan mendapatkan dukungan moral yang memadai," papar Freeman lebih jauh.

Salah satu contoh anak berbakat yang kemudian gagal untuk berkembang adalah Andrew Halliburton, yang ketika masih berusia delapan tahun telah memahami matematika untuk sekolah menengah, tetapi kini hanya bekerja di warung cepat saji McDonald's.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com