Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buaya Muara Koleksi KB Surabaya Mati

Kompas.com - 08/09/2010, 04:35 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Peristiwa kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur, kembali terjadi. Seekor buaya muara jantan berusia sekitar 60 tahun ditemukan mati, Selasa (7/9) pukul 01.00 dini hari.

Kepala Unit Rumah Sakit Hewan dan Pendidikan Setail drh Liang Kaspe, Selasa di Kebun Binatang Surabaya (KBS), mengatakan, ”Hari Senin keeper melaporkan bahwa buaya (Crocodylus porosus) ini tidak mau makan. Kami memberikan suntikan agar kondisinya membaik, tetapi dia akhirnya mati, Selasa dini hari.”

Selasa pukul 08.00, tim dokter hewan KBS, dipimpin Liang Kaspe, mengotopsi bangkai buaya muara sepanjang 4,5 meter dan berbobot sekitar 400 kilogram tersebut dan memakan waktu empat jam. Menurut Liang, dari otopsi diketahui, dua sisi organ hati buaya itu mengalami pembengkakan (sirosis) 100 persen dan 80 persen. Lambung buaya itu hanya berisi cairan dan paru-parunya terlihat pucat karena radang.

Ditemukan kerikil

Pada selaput jantung buaya ditemukan cairan serta ditemukan pasir dan kerikil.

”Ini aneh, kenapa pasir dan kerikil bisa berada di situ,” ujarnya. Tim dokter hewan juga menemukan batu berdiameter sekitar 5 sentimeter dan logam tembaga di lambung buaya. Untuk tindak lanjut hasil otopsi, sampel organ buaya dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah Jatim, Laboratorium Patologi Universitas Unair, dan Laboratorium Kepolisian Daerah.

”Ini untuk mengetahui apakah ada kemungkinan hewan ini mati akibat racun. Hasil penelitian akan selesai setelah Lebaran,” kata Liang.

Kepala Tim Manajemen Sementara KBS Tony Sumampouw mengatakan, sebagian satwa di KBS memiliki empat permasalahan mendasar, yaitu usia tua, kritis dari sisi kesehatan, tak memiliki pasangan, dan populasi terlalu padat. ”Untuk kasus kematian buaya ini termasuk dalam kategori hewan berusia tua,” katanya. Hewan-hewan tua ini diberi nutrisi dan pakan cukup untuk menjaga kesehatannya.

Air tak sehat

Meski demikian, persoalan paling mendesak saat ini adalah ketersediaan air sehat bagi satwa. Saat ini air minum serta kolam habitat hewan-hewan KBS berasal dari Sungai Brantas yang telah banyak tercemar.

Sebelumnya, Gubernur Jatim Seokarwo menyatakan, Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya akan mendanai pembuatan filter air untuk kebutuhan minum satwa KBS. Menurut Soekarwo, dananya sekitar Rp 12 miliar.

Menurut dia, tindakan mendesak dalam rangka revitalisasi KBS adalah menyelamatkan hewan-hewan. ”Kami minta kondisi mereka dicek betul, mana yang sehat, kurang sehat, dan mana yang masih bisa diselamatkan. Lalu, koleksi hewan harus disesuaikan dengan kapasitas yang ada,” ucapnya. Tiga bulan ke depan, Pemprov Jatim, Pemkot Surabaya, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, serta pihak swasta akan membentuk badan hukum baru untuk mengelola KBS. Badan ini akan merancang pengembangan KBS untuk 20-30 tahun.(ABK)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com