Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisiensi Vitamin D Jadi Ancaman Serius

Kompas.com - 25/08/2010, 08:32 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Riset terbaru para ahli mengindikasikan bahwa masalah kekurangan vitamin D tidak bisa dianggap sepele. Defisiensi vitamin D bisa berdampak serius terhadap kesehatan karena vitamin itu mempengaruhi lebih dari 200 gen, termasuk yang berkaitan dengan kanker dan penyakit autoimun.

Sejumlah ilmuwan Inggris dan Kanada menemukan, vitamin D berpengaruh kuat terhadap gen-gen yang berkaitan dengan beragam jenis penyakit seperti kanker dan jenis penyakit autoimun seperti multiple sklerosis.

Di seluruh dunia, diperkirakan satu miliar orang mengalami kekurangan vitamin D. Oleh sebab itu, pihak yang berwenang di bidang kesehatan perlu mempertimbangkan untuk merekomendasikan suplemen bagi mereka yang paling berisiko kekurangan vitamin D.     "Hasil penelitian kami menunjukkan, vitamin memiliki pengaruh besar pada kesehatan kita," kata Andreas Heger dari Functional Genomics Unit pada Universitas Oxford Inggris, yang memimpin penelitian itu.

Vitamin D mempengaruhi DNA melalui sesuatu yang disebut 'vitamin D receptor (VDR),  yang terikat pada lokasi khusus dari gen manusia. Heger dan timnya memetakan titik-titik tersebut dan mengidentifikasi lebih dari 200 gen yang dipengaruhi secara langsung.

Kekurangan vitamin D merupakan faktor risiko yang dikenal untuk penyakit rickets, sejenis penyakit yang biasa terjadi pada bayi dan anak-anak dan menyebabkan metabolisme tulang terganggu, sehingga pertumbuhan tulang tidak normal. Penyakit ini biasanya ditandai oleh bengkoknya tulang kaki sehingga berbentuk seperti huruf O.

Sejumlah bukti menunjukkan, kondisi itu dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit autoimun seperti multipel sklerosis, rheumatoid arthritis dan diabetes tipe 1,  beberapa jenis kanker, bahkan kepikunan (demensia).

Tim itu mengamati daerah yang berkaitan dengan penyakit dari peta gen itu untuk mengetahui apakah mereka memiliki kadar ikatan VDR yang lebih tinggi. Mereka menemukan bahwa ikatan VDR "cukup tinggi" pada daerah yang berkaitan dengan sejumlah penyakit autoimun seperti multipel sklerosis, diabetes tipe 1 dan penyakit Crohn’s, serta di daerah yang berkaitan denga kanker seperti leukimia dan kanker usus besar.     Sreeram Ramagopalan, dari Wellcome Trust Center for Human Genetics di Universitas Oxford, mengatakan hasil penelitian itu, yang dipublikasikan dalam jurnal Genome Research, menunjukkan "betapa pentingnya vitamin D bagi manusia."

Sebagian besar vitamin D dibuat oleh tubuh sebagai produk sisa alami dari kulit yang terpapar sinar matahari. Vitamin D juga dapat ditemukan pada minyak hati ikan, telur dan ikan berlemak seperti salmon, ikan haring dan makerel, atau diperoleh sebagai suplemen.

Sejumlah ahli mengatakan, setengah jumlah penduduk dunia memiliki kadar vitamin D lebih rendah dari tingkat optimal, dan sekitar satu miliar orang kekurangan  vitamin D. Masalah itu memburuk karena orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di ruang tertutup.

Sebuah studi yang dipublikasikan Maret lalu menemukan vitamin D penting untuk mengaktifkan sel pembunuh pada sistem kekebalan tubuh yang dikenal dengan sel T, yang dapat menyebabkan infeksi jika darah kekurangan vitamin D.

Ramagopalan mengatakan studi terbaru itu menunjukkan bahwa  vitamin D memainkan peran dalam "kerentanan penyakit" dan pihak berwenang perlu mempertimbangkan untuk memberikan suplemen kepada wanita hamil dan anak-anak muda sebagai langkah pencegahan.

"Suplemen vitamin D selama masa kehamilan dan tahun-tahun awal anak dapat memberikan dampak menguntungkan pada kesehatan anak pada masa selanjutnya," katanya.

Menurut dia, sejumlah negara seperti Prancis memberikan suplemen vitamin D secara rutin sebagai kebijakan kesehatan masyarakat. Belum ada studi definitif tentang dosis optimal harian vitamin D, tetapi sejumlah ahli merekomendasikan 25 hingga 50 mikrogram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com