Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Promosi Susu Formula Perlu Pengaturan

Kompas.com - 20/08/2010, 03:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Meski kesadaran pemberian air susu ibu secara eksklusif semakin tinggi, para ibu sering kali ragu dan tergoda menggunakan susu formula saat proses menyusuinya tidak lancar atau terjadi perubahan pada bayi. Padahal, ASI mengandung segala zat yang dibutuhkan bayi, termasuk zat-zat tambahan yang digunakan dan diiklankan pada susu formula.

”Promosi susu formula perlu diatur agar tidak sampai memengaruhi ibu-ibu yang ragu saat menyusui bayinya,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Badriul Hegar seusai seminar 10 Langkah Keberhasilan Menyusui di RS St Carolus, Jakarta, Kamis (19/8/2010).

Jika bayi mengalami kendala saat menyusu, para ibu sebaiknya segera membawanya ke dokter anak atau klinik laktasi yang sudah ada di sejumlah rumah sakit. Hingga usia enam bulan, bayi sebaiknya hanya diberi ASI dan dihindarkan dari penggunaan susu formula. Setelah enam bulan, bayi memang memerlukan makanan tambahan, tetapi pemberian ASI sebaiknya tetap dilakukan hingga anak usia 2 tahun.

Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia Utami Roesli mengatakan, pemberian ASI sesuai waktunya membuat bayi lebih jarang menderita berbagai penyakit, seperti kanker anak, pneumonia, diare, jantung, alergi, hingga asma. Semakin lama waktu menyusui akan semakin meningkatkan kemampuan intelektual anak serta menghindarkan mereka dari kelainan mental saat anak dan remaja, seperti autisme, gangguan berpikir, gangguan bersosialisasi, hingga agresif.

Namun, promosi pentingnya pemberian ASI kalah jauh dengan iklan susu formula buatan pabrik. Data The Ecologist April 2006 menunjukkan, biaya promosi iklan susu formula di Inggris mencapai Rp 360.000 per bayi, sedangkan promosi Pemerintah Inggris untuk penggunaan ASI hanya Rp 2.520.

Untuk melawan iklan penggunaan susu pengganti ASI oleh perusahaan susu formula memang sulit. Hal yang bisa dilakukan adalah membangun kesadaran penggunaan ASI secara terus-menerus oleh berbagai pihak, baik pemerintah, tim medis, maupun masyarakat. ”Penggunaan ASI tidak bisa dipaksakan, tapi ibu-ibu harus mendapat informasi seluas-luasnya tentang manfaat ASI, sama seperti gencarnya iklan susu formula. Karena itu, pemasaran pengganti ASI perlu diatur,” tegasnya.

Menurut Utami, Peraturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 tentang Pemasaran Pengganti ASI telah mengatur pemasaran produk pengganti ASI, produk susu lain yang dipasarkan sebagai pengganti ASI, botol, dan dot.

Di antaranya disebutkan, fasilitas kesehatan tidak boleh digunakan untuk promosi susu formula atau produk sejenis, memajang produk pengganti ASI, serta tidak boleh menerima donasi atau membeli susu formula dengan harga diskon.

Dokter spesialis anak RS St Carolus Elizabeth Yohmi mengatakan, sesudah bayi lahir terkadang ASI masih sulit keluar atau bayi menjadi kuning. Itu bukan berarti bayi boleh diberi susu formula karena bayi mampu bertahan tanpa asupan apa pun hingga tiga hari sejak dilahirkan. Bayi kuning adalah hal wajar, asal bukan pada 24 jam pertama. ”Bayi cukup dijemur dan terus disusui,” katanya. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com