BEIJING, KAMIS -
Polisi Xinjiang telah menahan seorang tersangka dari etnis Uighur yang diduga menabrakkan kendaraan roda tiga ke kerumunan orang di kota bagian selatan Xinjiang, Aksu, menurut juru bicara pemerintah, Hou Hanmin, dalam sebuah konferensi pers di ibu kota wilayah itu, Urumqi.
”Pembangunan di Xinjiang tidak akan dipengaruhi oleh satu kelompok kecil orang-orang jahat. Situasi secara keseluruhan di Xinjiang baik,” katanya.
”Tersangka adalah orang Uighur, korban juga kebanyakan adalah orang Uighur,” ujar Hou lagi.
Hou belum mau menyebutkan bahwa tindakan itu adalah aksi terorisme.
Menurut Pusat Informasi untuk Hak Asasi Manusia dan Demokrasi di Hongkong yang telah mewawancarai beberapa orang di Aksu, setelah kejadian tersebut diberlakukan keadaan darurat dan banyak polisi dikerahkan ke sana.
Provinsi Xinjiang yang berada di barat merupakan provinsi yang sebagai besar penduduknya adalah Muslim. Sudah lama suku Uighur merasa tertekan di bawah pemerintahan China.
Pada 5 Juli tahun lalu, ibu kota Provinsi Urumqi dilanda kerusuhan karena pergolakan antara suku Han yang pendatang serta dominan dan suku Uighur yang merupakan penduduk asli provinsi tersebut.
Kedua kelompok saling menyerang dan merusak serta menjarah toko-toko.
Setidaknya ada 200 orang tewas dan 1.700 orang terluka menurut data resmi pemerintah. Kejadian itu merupakan pertentangan etnis terburuk dalam sejarah China di beberapa dekade terakhir ini.
China telah menuduh dan menahan kelompok yang disebut separatis, tetapi tidak berhasil mendapatkan bukti adanya terorisme yang terorganisasi. Lebih dari 25 orang dijatuhi hukuman mati karena peristiwa tersebut. Beberapa di antaranya bahkan sudah dieksekusi.
Juni lalu, polisi menyatakan telah berhasil mengungkapkan jaringan di balik penyerangan-penyerangan di kawasan tersebut. Polisi pun menangkap 10 orang.
Mereka mengatakan, kelompok tersebut bertanggung jawab atas kejadian di Kashgar, kawasan kuno di Xinjiang. Ketika itu, para penyerang melempari polisi dengan bahan peledak pada Agustus 2008.
Jaringan tersebut termasuk kelompok militan yang meminta kemerdekaan untuk Xinjiang seperti Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM), demikian keterangan polisi China.
AS dan Perserikatan Bangsa-Bangsa memasukkan ETIM sebagai organisasi teroris.
Sementara itu, bencana alam masih terus mendera China. Sebuah rangkaian kereta api yang berjalan di bagian barat China keluar dari relnya setelah banjir menghancurkan jembatan kereta. Setidaknya dua gerbong kereta tercebur ke dalam air.
Semua penumpang selamat dalam kecelakaan yang terjadi di Guanghan, sebuah kota sekitar 50 kilometer ibu kota Provinsi Sichuan, Chengdu.
Diperlukan waktu sekitar 10 menit untuk mengevaluasi penumpang yang ada di dalam gerbong kereta.
”Kurang dari dua menit kemudian, satu gerbong lagi jatuh ke dalam air. Sekitar 10 menit kemudian, satu lagi gerbong juga menyusul jatuh,” ujar salah seorang saksi mata.
Kereta itu berangkat dari
Di tempat lain, para penyelamat China menyisir sebuah lembah terpencil di barat daya negara untuk mencari korban setelah tanah longsor yang menghancurkan desa, menewaskan satu orang warga dan 90 lainnya dinyatakan hilang.
Tanah longsor di Puladi, permukiman di Provinsi Yunnan, ibarat salah satu dari serangkaian bencana longsor yang melanda China.
Gambar dari Puladi menunjukkan lembah hijau yang tertutup lumpur, dengan meletakkan papan penyelamat di reruntuhan mencapai sebuah desa berpenduduk sekitar 100 orang, sebagian dari mereka pekerja di tambang bijih besi kecil.
”Kami dengar suara keras dan tahu bahwa hal itu tanah longsor,” kata seorang penduduk desa, Yu Lichun, kepada China News Service.
”Kami berlari dan bahkan tidak ada waktu untuk berpakaian, dan kami berlari dan berteriak, menjerit-jerit.”
Pada tanah longsor terburuk itu, sedikitnya 1.287 orang tewas di kota Zhouqu di Provinsi Gansu, barat laut China, setelah diguyur hujan. Lebih dari 450 penduduk masih hilang, diduga tewas.
Badai di provinsi tetangganya, Longnan dan Sichuan, di China selatan juga menelan korban puluhan orang tewas.