Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Minum Susu dan Nasib Peternak

Kompas.com - 19/08/2010, 14:09 WIB

Manajer Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Tengah, Hidayat, di Boyolali, Minggu (15/8), kembali mengingatkan bahwa Jateng memerlukan semacam gerakan minum susu segar. "Kalau gerakan minum susu segar berhasil menjadi kebiasaan anak-anak dan warga Jateng, peternak sapi perah yang memproduksi susu akan baik nasibnya," ujar Hidayat.

Apalagi, ada 5,5 juta anak-anak di provinsi ini yang sangat potensial sebagai konsumen susu segar.

Hal itu juga mengemuka ketika Dinas Peternakan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng, Kamis (12/8), mempertemukan sejumlah tokoh peternak sapi perah, ketua koperasi persusuan, serta pemangku kepentingan lainnya, yakni pimpinan industri pengolahan susu (IPS) di aula GKSI Jateng di Boyolali.

Pimpinan PT Cimore, Bambang Sutantio, mengemukakan, produksi susu segar kalah dibanding kemauan industri pengolahan susu yang sudah menanamkan kebiasaan bayi dan anak-anak Indonesia selalu minum susu bubuk dan susu kental manis. Tak heran konsumsi susu Indonesia hanya 9,5 liter per kapita per per tahun, kalah dibanding Malaysia yang bisa sampai 25,4 liter per tahun.

"Padahal, kualitas dan nutrisi yang tinggi justru bukan dari susu bubuk, melainkan dari minum susu segar. Susu segar yang dikemas higienis serta disajikan cepat sangat membantu memperbaiki gizi anak-anak," kata Bambang.

Peternak susu di Getasan, Kabupaten Semarang, Suyitno, mengatakan, 200 ekor sapi perah milik peternak menghasilkan 200 liter susu per hari. Jumlah itu terbilang rendah. Dari 200 liter itu, 50 persen kadang terbuang percuma karena tak tertampung IPS.

Solusinya setiap klaster peternakan susu atau sentra sapi perah mestinya ada unit pengolahan susu segar. Usaha pengolahan susu segar bisa kerja sama pihak swasta dengan koperasi persusuan atau peternakan sapi perah yang berkembang pesat. Misalnya dengan KUD Mojosongo, Boyolali, atau KUD Getasan yang membina 100 peternak sapi perah.

Dengan adanya pengolahan susu, produk susu segar bisa langsung diolah hari itu juga. Kemudian, produknya bisa beredar ke masyarakat dengan kemasan yang tahan untuk disimpan dua sampai tiga hari. Jika gerakan ini didukung Pemprov Jateng dan pemangku kepentingan lain, produk susu segar dengan harga terjangkau akan diminati anak-anak di pedesaan maupun perkotaan. (WHO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com