Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biodiversity Sepenting Global Warming

Kompas.com - 18/07/2010, 22:23 WIB

KOMPAS.com - Tak hanya di tingkat lokal, isu krisis keanekaragaman hayati pun menjadi pembicaraan dunia internasional setara perubahan iklim. Menurut Dr Teguh Triono, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hasil konferensi perubahan iklim di Rio de Janeiro tahun 1992 yang menjadi pijakan gerakan global mengamanatkan tiga upaya bersama melawan perubahan iklim, melawan penggurunan, dan melawan krisis keanekaragaman hayati.

Saat ini, pemerintah Indonesia tengah berjuang untuk mempertahankan sumber daya hayati agar dapat dimanfaatkan seluas-luasnya secara adil. Masyarakat Indonesia tentu tidak ingin aneka jenis tumbuhan dan hewan dieksploitasi asing tanpa memberi manfaat yang besar di dalam negeri.

"Isu terbesar sekarang adalah soal akses dan benefit sharing. Kami ingin biodiversity bermanfaat bagi umat manusia, tetapi bagaimana bisa adil pengaturannya," ujar Teguh, yang juga pakar taksonomi tumbuh-tumbuhan.

Konvensi yang akan mengatur keanekaragaman hayati bakal diputuskan dalam konferensi perubahan iklim di Nagoya, Jepang, Oktober mendatang berupa Convention of Biolgical Diversity (CBD).

Saat ini pun Indonesia sudah menjalin kerja sama dengan negara lain dengan menerapkan keadilan dalam penelitian biodiversity. Misalnya kerja sama antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Universitas Harvard dalam penelitian DNA barcoding yang sudah berjalan tiga tahun.

Dalam penelitian ini kedua pihak memetakan semua jens tumbuh-tumbuhan di Indonesia dan mendokumentasikan DNA masing-masing untuk mempermudah identifikasi.

Riset dilakukan Indonesia dengan dukungan teknologi dari Harvard dan tidak ada sampel yang dibawa ke luar negeri, namun semua data penelitian bisa diakses kedua pihak bahkan publik. "Saya kira akses dan benefit sharing yang paling baik seperti itu, ada penjanjian yang jelas apa saja yang bisa dilakukan pihak lain terhadap sumber daya hayati di Indonesia," kata Teguh.

Menurutnya kolaborasi tersebut tidak bisa ditolak karena pada bidang-bidang tertentu peneliti Indonesia belum punya teknologinya sehingga dengan kerja sama ada transfer teknologi.

Tentu kita tidak ingin negara lain mengeksploitasi sumber daya hayati Indonesia secara tidak semena-semena bukan? Tapi lebih penting kalau kita memanfaatkan dan menjaga sebaik-baiknya bukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com