Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biodiversity Bukan Sekadar Soal Harimau

Kompas.com - 18/07/2010, 22:15 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Masyarakat mungkin sudah sadar betul terhadap isu global warming atau perubahan iklim sehingga secara berbondong-bondong mengubah gaya hidup agar lebih ramah lingkungan. Namun bagaimana saat dihadapkan kepada isu krisis biodiversity atau keanekaragaman hayati?

Banyak orang mungkin banyak yang berpikir biodiversity hanya membicarakan konservasi harimau, orangutan, atau gajah. Padahal tidak demikian, menurut James Clarke, Media Liaison and Outreach Manager CIFOR (Center for International Forestry Research) dalam Media Workshop on Reporting Biodiversity menjelang konferensi Association of Tropical Biology and Conservation atau ATBC 2010 di Kebun Raya Bali.

"Memang susah menyadarkan orang untuk berpikir mengaitkan isu biodiversity dengan isu lingkungan di belakangnya," kata Dr Robert Nasi, peneliti senior CIFOR.

Padahal menurutnya biodiversity bisa dikaitkan dengan isu lingkungan yang lebih luas dari masalah pentingnya menjaga kelestarian hutan sampai hal-hal sederhana di kehidupan sehari-hari sekitar tempat tinggal kita.

Misalnya soal kelelawar dan lebah. Andaikata semua orang tidak mengabaikan pentingnya upaya konservasi dua hewan itu saja bisa dibayangkan besarnya kerugian ekonomi yang harus ditanggung.

Kelelawar adalah polinator atau agen penyerbukan buah durian begitu juga lebah untuk beragam jenis buah-buahan. Betapa ruginya kalau sampai berkurang atau bahkan punah. "Masih ada ratusan juta orang yang hidupnya tergantung kepada hewan liar misalnya sebagai sumber makanan dan sebagainya. Kalau hewan ini tidak ada mau makan apa mereka. Kalau sampai punah, tidak hanya hilang sumber pangan tapi juga kultur dan masa depannya," ujar Dr Douglas Sheil, peneliti senior CIFOR lainnya.

Belum lagi untuk keperluan obat-obatan. Menurut Dr Terry Sunderland, juga dari CIFOR, saat ini sekitar 75 persen kebutuhan pengobatan di seluruh dunia tergantung dari sumber daya hayati. Tanpa disadari masyarakat juga membutuhkan aneka jenis tanaman dalam budayanya.

Misalnya orang Bali yang sehari-harinya menggunakan aneka jenis tanaman untuk upacara. Menurut Dr Bayu Adjie, Kepala Riset Kebun Raya Bali, saat ini orang Bali bahkan harus "mengimpor" dari Jawa untuk kebutuhan tersebut karena pasokan dar Bali kurang.

Masalah biodiversity ini yang menjadi pokok pembicaraan ATBC 2010 yang akan berlangsung 19-20 Juli 2010 di Sanur Beach Hotel, Bali. Sekitar 900 peneliti dari 60 negara akan memaparkan hasil penelitian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com