Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Grafting" Sukses Mekarkan Raflesia

Kompas.com - 23/06/2010, 08:54 WIB

BOGOR, KOMPAS.com - Berbunganya Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor pada Senin dan Selasa (21-22/6/2010) menambah catatan keberhasilan teknik grafting atau menyambung akar tumbuhan inang dalam konservasi eks-situ bunga itu.

Tantangan Kebun Raya Bogor berikutnya adalah menemukan cara budidaya Rafflesia patma (Rafflesia patma blume).

Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mustaid Siregar menjelaskan, dua Rafflesia patma yang mekar pada 3 Juni dan 22 Juni adalah bunga parasit yang membutuhkan tumbuhan inang untuk tumbuh dan mekar.

"Tumbuhan inang bagi Rafflesia patma adalah Tetrastigma spp. Pada 2004, kami mengambil akar Tetrastigma dari habitat asli bunga patma di Pangandaran, yang kemudian disambung dengan akar Tetrastigma yang telah tumbuh di Kebun Raya Bogor dengan teknik grafting," kata Siregar di Bogor, Selasa.

Siregar menjelaskan, akar Tetrastigma yang diambil dari Pangandaran tahun 2004 itu diduga telah terinfeksi bibit Rafflesia patma secara alami. "Kami juga mengintervensi akar dari Pangandaran dengan inokulasi, atau menaburkan biji Rafflesia patma dalam akar itu. Setelah mengalami sejumlah perlakuan, dalam bulan Juni ada dua Rafflesia patma yang mekar. Akan tetapi, kami tidak tahu apakah bunga yang mekar itu berasal dari infeksi alami, atau dari perlakuan inokulasi," kata Siregar.

Botanis PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, Melani Kurnia Riswati, menyatakan, efektivitas teknik grafting dalam membungakan Rafflesia patma lebih tinggi daripada teknik setek. "Selain grafting, kami juga menanam sejumlah setek akar Tetrastigma di tiga lokasi di Kebun Raya Bogor. Pada setek tidak pernah muncul kenop atau bakal bunga Rafflesia patma," katanya.

Rafflesia patma yang mekar Senin dan Selasa berwarna merah dengan bercak putih di kelima cuping (perigone) yang tersusun melingkar menyerupai teratai. Pada Selasa siang, diameter terpanjang cuping bunga mencapai 28 cm, dan tinggi keseluruhan mencapai 16 cm.

Di tengah kelima cuping itu terdapat sebentuk periuk yang tingginya berkisar 10 cm dengan lubang berdiameter sekitar 7 cm. Di dalam "periuk" itu terdapat sebentuk mangkok dengan sejumlah duri yang terlihat dari lubang periuk. Rafflesia patma yang mekar pekan ini ukurannya lebih kecil daripada yang mekar 3 Juni lalu, tetapi warna merahnya lebih pekat.

Tetap sarat misteri Siregar menyatakan, kendati sudah ada dua Rafflesia patma yang mekar bulan ini, bunga itu tetap sarat misteri.

"Kami belum tahu bagaimana cara membudidayakannya. Kami juga belum tahu kenapa grafting Tetrastigma di dua lokasi percobaan lainnya gagal menumbuhkan Rafflesia patma. Meskipun demikian, mekarnya Rafflesia patma di luar habitatnya itu baru pertama kali terjadi dan proses mekarnya terdokumentasi lengkap," kata Siregar.

Botanis PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, Sofi Mursidawati, mengatakan, mekarnya bunga Rafflesia patma itu melanjutkan sejarah keberhasilan Kebun Raya Bogor memekarkan bunga jenis raflesia pada 1929. "Bunga raflesia yang berbunga pada 1929 itu adalah spesies Rafflesia rochusenii, spesies yang berbeda dari Rafflesia patma. Ukuran Rafflesia rochusenii lebih kecil dari Rafflesia patma,” kata Sofi.

Sofi berharap, mekarnya Rafflesia patma itu akan meluruskan kesesatan informasi yang menyamakan bunga raflesia dengan bunga bangkai. "Ini bunga yang berbeda dengan bunga bangkai atau Amorpophallus titanum yang mekar di Kebun Raya Bogor dua bulan lalu. Bunga bangkai bukan bagian keluarga bunga raflesia, melainkan masyarakat sering salah mengira bunga bangkai sebagai raflesia karena keduanya sama-sama mengeluarkan bau busuk," kata Sofi.(ROW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com