OSLO, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan menteri, gubernur, dan bupati beserta stafnya agar kerja sama pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (reduction emmisions from deforestation and degration/REDD+) yang didasarkan kerja sama dengan Kerajaan Norwegia dan negara-negara lainnya di kemudian hari dipastikan harus berhasil dan sukses.
Pasalnya, bisa malu jika Indonesia gagal menjalankan program REDD+ tersebut mengingat program tersebut sepenuhnya diperjuangkan Indonesia di Pertemuan Kopenhagen, 2009 lalu, dan diadopsi oleh dunia dalam Copenhagen Accord.
Hal itu disampaikan Presiden Yudhoyono saat memberikan penjelasan mengenai hasil kunjungannya selama empat hari di Norwegia kepada seluruh anggota rombongan, termasuk pers, di Holmenkollen Park Hotel Rica, Oslo, Norwegia, Jumat (28/5/2010) siang waktu setempat.
"Kemitraan kita harus berhasil meskipun nantinya hanya bisa menyumbang pengurangan emisi sebanyak 26-41 persen pada tahun 2020 mendatang. Sebab, program ini merupakan kelanjutan dari Copenhagen Accord. Ingat, kerja sama pengurangan emisi itu disumbang Indonesia. Malu, jika bagian ini sudah diadopsi dunia, dan kita justru tidak berhasil," tandasnya.
Oleh sebab itu, menurut Presiden, kemitraan RI-Norwegia harus diletakkan sebagai bagian dalam aksi nasional pemeliharaan hutan dan lingkungan kita. "Jangan rencana aksi itu disubordinasikan atau hanya dipas-paskan dengan program yang kita miliki. Sekali lagi, kerja sama kedua negara harus menjadi bagian utuh dalam perencanaan dan pengelolaan hutan kita," tambahnya.
Dikatakan Presiden, saat menetapkan sasaran pengurangan emisi dari Norwegia, angka pengurangan emisi itu harus menjadi bagian dari target yang ditetapkan, yaitu 26-41 persen sebelum tahun 2020. "Artinya, jika kita hanya mengandalkan modal dan sumber daya kita sendiri saja, target pencapaiannya hanya 26 persen. Akan tetapi, jika ada bantuan dari luar negeri, target pengurangan itu bisa meningkat sampai 41 persen. Mari kita kalkulasikan bersama dan kita capai hasilnya bersama-sama pula," lanjut Presiden.
Lebih jauh disampaikan Presiden, Norwegia telah mengembangkan kerja sama serupa seperti dengan Brasil. "Jadi, kita harus berhasil seperti Brasil, dan bahkan, harapan saya, kita harus berhasil lebih baik lagi dari apa yang telah dicapai Pemerintah Brasil. Jika berhasil, kerja sama kita akan dilanjutkan dengan negara lain yang sekarang ini akan bersama kita," demikian Presiden.
Selama empat hari, selain melakukan pembicaraan bilateral dengan Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg dan menghasilkan Letter of Intent (LoI) tentang Kerja Sama Kedua Pemerintah mengenai Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan, juga menghadiri Konferensi tentang Perubahan Iklim dan Cuaca (Oslo Climate and Forest Conference/OCFC) selama dua hari di Oslo, Norwegia.
Dalam penjelasan itu hadir enam menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan pejabat setingkat menteri serta tiga gubernur, Staf Khusus Presiden, dan anggota DPR yang mendampingi kunjungan kerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.