Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Harus Punya Sumber Air Baku

Kompas.com - 10/05/2010, 17:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai ibukota negara, Jakarta harus memiliki banyak sumber air baku. Krisis air bersih akibat menurunnya pasokan air baku seperti yang terjadi pekan lalu seharusnya dapat dihindari jika Jakarta tidak hanya bergantung pada kiriman air dari Waduk Jatiluhur.

"PT PAM Jaya harus menyiapkan beberapa alternatif sumber air baku. Jika ada gangguan pasokan dari salah satu sumber, seluruh kota tidak harus menderita krisis air bersih," kata ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Selamat Nurdin, Senin (10/5/2010) di Jakarta Pusat.

Pekan lalu, terendamnya pompa air oleh lumpur di Curug menyebabkan pasokan air baku di Jakarta turun 40 persen. Kiriman air baku dari Waduk Jatiluhur mendominasi lebih dari 90 persen kebutuhan Jakarta sehingga penurunan pasokan ini memicu terjadinya krisis air bersih di tingkat warga.

Selain dari Waduk Jatiluhur, Jakarta mendapat pasokan air curah dari Tangerang dan mengolah air dari Kali Krukut. Namun air bersih yang didapat dari kedua sumber itu tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga Jakarta.

Nurdin mengatakan, bagi kawasan utara Jakarta, PAM Jaya perlu merintis teknologi penyulingan air laut menjadi air bersih. Meskipun mahal, teknologi ini mampu menyediakan air bersih dalam jumlah besar dan cepat seingga kawasan utara Jakarta tidak selalu dikorbankan dalam penyediaan air bersih.

Di utara Jakarta terdapat banyak aktivitas komersial yang bersedia membayar air bersih dengan tarif lebih mahal tetapi pasokannya harus terjamin. "Apalagi, Kawasan Ekonomi Khusus Marunda akan segera dibangun dan membutuhkan banyak air bersih untuk mendukung proses produksi," kata Nurdin.

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta M Sanusi mengatakan, Pemprov DKI dan PAM Jaya perlu menciptakan terobosan untuk membangun penampungan air di kawasan hulu 13 sungai. Penampungan air diperlukan sebagai pemasok air baku yang baru.

"Sulit untuk membangun penampungan air di wilayah Jakarta karena tidak ada lahan yang luas dan air sudah terlanjur tercemar. Lebih mudah membuat penampungan air di kawasan hulu, seperti Tangerang atau Bogor, karena lahan yang tersedia lebih luas dan air belum terlalu tercemar. Air di penampungan itu juga dapat digunakan oleh PDAM setempat," kata Sanusi.

Pengamat Hidrologi Universitas Indonesia Firdaus Ali mengatakan, penambahan sumber air baku juga harus diikuti dengan penurunan tingkat kebocoran air bersih. Peningkatan produksi air bersih akan menjadi sia-sia jika tingkat kebocorannya masih di atas 45 persen seperti saat ini.

Kedua mitra PAM Jaya, Aetra dan Palyja, harus berusaha keras untuk menurunkan tingkat kehilangan air dengan mengefisienkan distribusi. Pemeriksaan kebocoran dan penggantian pipa harus terus dilaksanakan agar kebocoran dapat ditekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com