YOGYAKARTA, KOMPAS -
Hal ini diungkapkan Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Bidang Koordinasi Kependudukan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup Emil Agustiono dalam seminar nasional ”Terapi Medis Berbasis Herbal” di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Sabtu (8/5).
”Temulawak sebagai bahan produk jamu unggulan Indonesia akan dijadikan setara dengan ginseng dari Korea yang dikenal khasiatnya ke mana-mana,” tutur Emil Agus.
Emil Agus mengatakan, pengajuan pendaftaran jamu untuk ditetapkan sebagai pusaka dunia sudah dilakukan sejak 2008.
Hal ini seiring dengan program Jamu Milik Indonesia (Jamu Brand Indonesia) yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono awal tahun 2008.
Saat ini sejumlah upaya tengah dilakukan untuk memperoleh pengakuan internasional. Pengakuan itu, di antaranya, adalah meningkatkan penelitian pemanfaatan jamu, sosialisasi kepada masyarakat akan penggunaan jamu, dan perlindungan kepada para petani tanaman obat-obatan.
Menurut Emil Agus, perlindungan kepada petani tanaman obat-obatan penting guna menjamin ketersediaan bahan baku. Selama ini bahan baku jamu sulit diperoleh karena semakin sedikit dibudidayakan. Sejumlah varietas unggul bahan baku jamu yang terus didorong pembudidayaannya di antaranya jahe besar Cimanggu 1, kunyit Turina 1, 2, 3, kencur Galesia 1,2,3, serta jahe merah Jahira 1, 2, 3.
Emil mengakui, penggunaan jamu sebagai obat untuk penyembuhan masih kalah dari obat-obatan kimiawi. Namun, penggunaan dan pengembangan jamu masih sangat luas di masyarakat. ”Tetapi, penggunaan jamu lebih banyak sebagai pencegah sakit, bukan obat penyembuh,” ujarnya.
Pengakuan jamu di tingkat internasional akan membuat pengembangan dan pelestarian jamu lebih mudah dilakukan.
Direktur Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta, Budi Mulyono mengatakan, pengembangan obat herbal dan jamu penting untuk mengantisipasi persaingan global di bidang kesehatan.
Pengembangan obat-obatan herbal asli Indonesia diharapkan dapat mencegah serbuan obat- obatan dari asing. ”Kita perlu mengantisipasi persaingan global ini dengan memanfaatkan potensi kita sendiri,” ujarnya.
Pengembangan jamu dan obat herbal yang terpenting adalah guna mencapai standar keamanannya di bidang kesehatan.