Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karang Emas di "Pulau" Baru Jadi Rebutan

Kompas.com - 20/04/2010, 13:31 WIB

PULAU BANYAK, KOMPAS.com — Puluhan nelayan Pulau Banyak belakangan berlomba memburu bebatuan di dasar laut yang tersembur dari “kepundan” daratan yang baru muncul di perairan Haloban, Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil, sejak Selasa (13/4/2010).

Mereka yakin, batuan tersebut mengandung emas bahkan intan, meski belum ada pendapat ahli ataupun uji material terhadap kandungan bebatuan dimaksud. Wartawan Serambi Indonesia berkesempatan mengunjungui "pulau baru" itu, Senin (19/4/2010). 

Para nelayan terlihat menyelam menggunakan perlengkapan seadanya, mulai dari perahu mesin, kacamata selam, dan oksigen dari mesin kompresor. Bahkan, sejak malam sebelumnya, mereka menyelami dasar daratan baru yang tingginya sekitar 16 meter itu.

Nelayan tradisional ini, selain berasal dari Desa Haloban, Asantola, Ujung Sialit, dan Suka Makmur yang masih merupakan gugus Pulau Tuangku (nama lain Haloban), juga banyak datang dari Pulau Balai, ibu kota Kecamatan Pulau Banyak.

Padahal, jaraknya cukup jauh, sekitar dua jam perjalanan naik speedboat. Mereka ramai-ramai mendekati daratan yunior yang muncul di antara Pulau Tailana dan Madang Kati itu. Tidak hanya kaum lelaki, ibu-ibu nelayan pun ikut menemani suaminya menyelam.

Umumnya nelayan yang menyelam hanya memburu batu yang warnanya mengilap dan kuning keemasan. Selama ini, batuan jenis ini sangat jarang ditemukan di kepulauan yang banyak terumbu karangnya itu. Karang bahkan sering diambil warga untuk dijadikan pengganti batu dalam membangun rumah, gedung, atau jembatan.

“Tadi begitu kami datang, nelayan yang berburu batu itu sempat terkejut. Mereka bicara pakai bahasa Haloban yang artinya: cepat simpan batu yang berwarna kuning,” ungkap Tachsis, warga Pulau Balai yang mahir berbahasa Haloban.

Ia datang ke lokasi daratan yang baru tumbuh itu bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Singkil Saiful Umar, kemarin sore. Menanggapi ramainya warga yang berburu batu di lokasi daratan baru itu, Saiful Umar mengimbau warga agar tidak terpengaruh oleh isu-isu yang belum jelas.

Sebaiknya, saran dia, warga menunggu datangnya para geolog untuk memastikan kandungan atau zat apa sebenarnya yang disemburkan “kepundan” daratan yang berbentuk kerucut itu.

Bagaikan mendidih
Pada pantauan kemarin, formasi daratan baru yang muncul dari dasar laut itu secara umum tidak mengalami perubahan, baik tinggi maupun luasnya. Tingginya sekitar 16 meter dan lebarnya 60 meter. Cuma, ada beberapa kejadian yang menonjol kemarin, yakni munculnya gelembung air dengan ukuran yang lebih besar dari biasanya ke permukaan laut. Selain itu, beberapa warga yang menyelam mengaku mendengar suara seperti air mendidih (menggelegak).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com