Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lupa, Demensia, dan Amnesia

Kompas.com - 10/04/2010, 03:24 WIB

”Lupa berat”

Begitu mendengar kata ”penyakit lupa berat” Nalini dan Rocksy sempat terbingung-bingung. Nalini berpendapat, diagnostik dari seorang ahli hendaknya menggunakan bahasa ilmiah yang dapat dipahami.

Pusing, misalnya, bisa saja mengarah ke berbagai penyakit, mulai dari vertigo sampai migrain. Saat hanya disebutkan ”penyakit lupa berat” tentu akan menimbulkan pertanyaan, penyakit lupa seperti apa.

Di samping itu, tes untuk menegakkan diagnosis harus sesuai.

Magnetic resonance image (MRI) biasanya lebih digunakan untuk melihat adanya kerusakan pada otak. Seberapa berat penurunan fungsi memori sendiri tidak dapat dideteksi dengan alat itu.

Rocksy mengatakan, telah tersedia cukup banyak alat tes dan skrining untuk mengukur fungsi ingatan. Tes fungsi ingatan yang sederhana, misalnya, pasien diminta membaca sepuluh kata dalam sepuluh detik. Beberapa saat kemudian ditanyakan kembali apakah masih mengingat bacaan tersebut.

 Jadi, berhati-hatilah jika mulai sering berkata, ”Ah... sudah lupa, tuh...”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com