Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lupa, Demensia, dan Amnesia

Kompas.com - 10/04/2010, 03:24 WIB

Kerusakan fungsi memori organik disebabkan antara lain, ada penyakit di otak akibat stroke, infeksi, tumor, dan degeneratif (penurunan kondisi) sehingga ada kerusakan di otak. Akibatnya, fungsi otak terganggu, terutama ingatan. Umumnya, yang pertama kali terganggu ialah ingatan jangka pendek.

Gangguan fungsi kognitif, demensia, misalnya, dapat disebabkan alzheimer yang dikenal sebagai demensia alzheimer. Penurunan fungsi itu dapat pula diakibatkan gangguan pembuluh darah otak (demensia vaskular) di antaranya stroke, sumbatan kecil pada pembuluh darah otak yang meluas sehingga banyak sel-sel otak yang mati.

Demensia merupakan gangguan fungsi kognitif menyeluruh otak yang ditandai antara lain dengan gangguan fungsi memori. Biasanya diawali dengan memori jangka pendek lalu diikuti ingatan jangka menengah dan panjang. Kondisi itu disertai satu atau lebih gangguan fungsi kognitif lain: kemampuan berbahasa, orientasi, bertindak secara berencana, berhitung, dan pengenalan benda. Demensia bersifat progresif dan ingatan sulit dikembalikan. ”Ketika seseorang terkena stroke, fungsi otak, termasuk ingatan, ada yang terganggu. Bisa saja fungsi ingatan jangka pendek, jangka panjang, atau bahkan keduanya,” ujarnya.

Akibat benturan

 Berbeda dengan demensia, amnesia paling banyak diakibatkan benturan atau guncangan terhadap otak. Amnesia bersifat sementara dan selektif. Umumnya, seseorang yang amnesia hanya lupa pada periode tertentu.

Rocksy mengatakan, berbagai penyakit lain, seperti hipertensi dan diabetes secara terus-menerus secara tidak langsung memengaruhi memori. Penyakit yang terutama dipicu gaya hidup tidak sehat tersebut lalu menjadi faktor risiko terjadinya gangguan lain, seperti demensia.

Memori terkait pula dengan kondisi psikis. Psikiater Nalini Muhdi Agung dari RS Dr Sutomo dan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya mengatakan, ingatan berkaitan erat dengan emosi dan persepsi.

Trauma kejiwaan yang amat berbekas, misalnya pada korban pemerkosaan, akan timbul represi terhadap ingatan akan kejadian itu. Ingatan itu ditekan ke alam bawah sadar sebagai mekanisme pertahanan ego. Lantas, bisakah manusia memilih apa yang ingin diingat atau dilupakannya?

”Peristiwa, kesan, atau informasi yang disukai, lebih mudah diingat. Informasi atau peristiwa yang tidak disukai dapat diblok oleh alam bawah sadar. Persepsi bahwa sebuah informasi tidak penting membuat orang mengingatnya sesaat,” ujar Nalini.

Ingatan seseorang terhadap sesuatu juga bergantung pada cara pencatatan terhadap informasi yang diterima serta pemanggilannya. Kecerdasan seseorang juga sangat berpengaruh.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com