Padang, Kompas
CEO PT Cardig Air Boyke Soebroto di Padang, Rabu (3/3), mengemukakan, potensi ekspor tuna dari Padang terhitung potensial karena waktu tempuh dari pabrik pengolahan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus ke Bandar Udara Minangkabau hanya satu jam.
”Sarana infrastruktur transportasi di Padang tergolong memadai. Ini mendorong ekspor langsung tuna segar ke negara tujuan,” ujarnya.
Sarana infrastruktur transportasi di Padang paling baik dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Pesawat kargo membutuhkan jaminan barang sampai tepat waktu di negara tujuan.
Oleh karena itu, diperlukan efisiensi waktu untuk proses pengolahan, distribusi, ataupun volume pasokan barang secara kontinu. Dengan ketepatan waktu, kualitas ikan terjamin.
Pengiriman produk perikanan membutuhkan ruang bagasi khusus di pesawat yang hanya bisa disediakan oleh pesawat kargo. Hal itu disebabkan pesawat penumpang hanya mampu mengangkut barang maksimum 3-4 ton.
Ia menambahkan, kebutuhan tuna segar di pasar internasional tergolong tinggi. Setiap minggu, pihaknya mengirim ikan tuna segar ke Jepang dengan pesawat Boeing 737 rata-rata sebanyak 11 ton. Ikan yang dikirim berupa ikan utuh, dengan isi perut yang sudah dikeluarkan.
Kapasitas kargo tersebut mampu mengangkut ikan sebanyak 17 ton dalam setiap penerbangan. Sementara kemampuan ekspor ikan tuna melalui kargo baru sebanyak 11 ton.
Meskipun Padang berpotensi untuk ekspor tuna segar, volume pasokan ikan tuna di PPS Bungus hingga kini belum berkembang.