Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangutan, Tuan yang Pilu di Rumah Sendiri (1)

Kompas.com - 20/02/2010, 08:01 WIB

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Severianus Endi

KETAPANG, KOMPAS.com — Orangutan yang hanya segelintir di dekat Kota Ketapang, Kalimantan Barat, sepertinya bakal bernasib mengenaskan. Pasalnya, sejalur jumbo atau jalan baru yang dibuat dengan ekskavator telah mengancam habitat orangutan di perhuluan Sungai Sentap.

"Sepertinya jumbo itu merupakan jalan as dari rencana perkebunan kelapa sawit di daerah gambut itu," kata Yan Sukanda (45) etnomusikolog, pendidik, pemerhati kebudayaan, dan lingkungan hidup.

Yan yang tinggal di Ketapang, Kalimantan Barat, ini merasa miris melihat kelestarian areal tersebut mulai terancam. Ia bersama sejumlah aktivis Flora Fauna Indonesia terakhir kali berkunjung ke sana pada 7 Februari lalu.

"Dua pekan lalu, saya dan teman-teman berniat menjenguk induk orangutan yang tengah mengasuh bayinya. Kami berangkat sore hari, tapi sayang hanya menemukan sarang mereka yang masih baru," tutur Yan.

Lebih mengagetkan lagi, selang 1,5 kilometer dari lokasi sarang, mereka tiba-tiba sudah berada di penghujung hutan. Bagian yang seharusnya berada di tengah rimba sudah dilintangi jumbo. Mirisnya, area yang menjadi habitat orangutan itu sama sekali tidak dikelola pemerintah. Justru penebangan hutan untuk membuka kebun sawit, pelan tetapi pasti, semakin menghabiskan areal rimba.

Yan mengatakan, rimba itu terletak di perhuluan Sungai Sentap, persis di pinggiran jalan jalur Sungai Awan-Tanjung Pasar. Jarak tempuh sekitar 10 km dari kampung Sungai Awan atau sekitar 20 kilometer dari Kota Ketapang.

Menurut Yan, orangutan yang pernah mereka jumpai diperkirakan hanya empat ekor. Mereka mendapat informasi keberadaan satwa langka tersebut dari Bosman (60), petani dan gembala di kawasan sekitar hutan itu.

"Pak Bosman selalu memberikan informasi kehadiran orangutan di dekat pondoknya. Kata dia, saat ini ada dua induk orang utan yang sedang mengasuh anaknya. Kami ingin melihat dan mengabadikan momen itu," ujar Yan.

Di lokasi itu pula, Yan bersama rekan-rekannya sering melakukan pengamatan terhadap primata yang hidup di sana. Mereka mendirikan Camp Orangutan, yang disingkat Camp Orut, dengan bantuan Yayasan Palung. (bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com