Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris dan Konservasi Harimau

Kompas.com - 08/02/2010, 02:38 WIB

Martin Hatfull

Harimau merupakan salah satu spesies paling ternama di dunia. Ia berada di tempat istimewa di hati jutaan orang dan, dalam beberapa kasus, dijadikan sebuah simbol bangsa. Spesies ini juga menjadi indikator kuat bagi kesehatan ekosistem mana pun yang ditempatinya.

Akan tetapi, spesies harimau kini terancam punah. Tanpa usaha internasional yang lebih besar untuk menyelamatkannya, kita akan hidup dalam sebuah dunia di mana harimau tak lagi ada di alam liar.

Pertemuan Kementerian Asia yang pertama kali membahas isu harimau, di Hua Hin, Thailand, 27-30 Januari 2010, merupakan kesempatan bagi kita membuat progres yang sungguh-sungguh.

Pemerintah Inggris adalah pendukung utama bagi konservasi harimau liar.

Bantuan Rp 7,4 miliar

Kami telah menyumbangkan lebih dari 500.000 poundsterling (sekitar Rp 7,4 miliar) dalam tahun-tahun ini melalui berbagai macam cara.

Beberapa di antaranya meliputi bantuan keuangan untuk proyek-proyek konservasi dan keberagaman biota yang spesifik. Proyek konservasi itu seperti proyek Prakarsa Darwin di Taman Nasional Berbak di Sumatera dan partisipasi aktif dalam Forum Harimau Global yang bertujuan memfasilitasi kerja sama dan koordinasi konservasi harimau di antara negara-negara yang umumnya memiliki spesies harimau atau sering disebut dengan istilah rentang negara.

Akan tetapi, jumlah harimau terus menurun walau didukung oleh niat baik para rentang negara dan negara pendukung seperti Inggris dan LSM-LSM.

Ada banyak alasan tentang hal ini—degradasi habitat dan mangsa; pembangunan oleh manusia dan pelanggaran batas hingga mengganggu habitat harimau; juga merebus kulit harimau dan digunakan untuk obat-obatan tradisional.

Konversi area hutan

Di Indonesia, harimau sumatera lebih terancam akibat penebangan hutan sebagai dampak dari konversi areal hutan menjadi perkebunan kelapa sawit— keterkaitan antara takdir harimau serta komitmen Indonesia untuk mengurangi penebangan hutan dan mengatasi perubahan iklim.

Habitat yang menurun ini juga membawa dampak kepada besarnya jumlah serangan harimau kepada manusia, di mana harimau mencari tempat perlindungan di luar hutan.

Persatuan Konservasi Dunia memperkirakan hanya sekitar 400 ekor harimau sumatera yang tersisa di alam liar—dan hanya berkisar 3.400 harimau yang tersisa di dunia.

Jelas bahwa kita perlu bertindak lebih banyak lagi jika kita ingin mencegah harimau ikut bergabung dalam daftar spesies yang punah. Saat ini kehidupan harimau di alam liar bisa ditemukan di 13 negara.

Seruan Bank Dunia

Prakarsa Harimau Global (Global Tiger Initiative) yang dipimpin oleh Bank Dunia telah meminta semua rentang negara untuk melakukan tindakan demi menyelamatkan harimau.

Pada bulan Oktober lalu sebuah pelatihan konservasi harimau di Kathmandu berhasil merancang dan menyepakati sebuah rencana aksi nasional dengan negara-negara partisipan dan LSM-LSM.

Kami paham bahwa Indonesia tengah mempertimbangkan sejumlah pilihan demi menyelamatkan harimau sumatera— sebuah usaha untuk pengurangan tingkat penebangan hutan tanpa dimungkiri lagi harus dilakukan untuk memenuhi upaya tersebut.

Pertemuan global, sebuah pertemuan puncak mengenai konservasi harimau di Wladiwostok, Rusia, pada bulan September tahun ini akan bertujuan untuk meningkatkan implementasi pengukuran yang disepakati di Hua Hin. Inggris siap untuk memainkan peran sebagai fasilitator apa pun demi menjamin tercapainya hasil yang memuaskan.

Hanya dengan bekerja bersama-sama, kita dapat memastikan terwujudnya masa depan yang lebih sehat bagi harimau dan generasi mendatang.

MARTIN HATFULL Duta Besar Inggris untuk Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com