Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teras Belakang Istana Merdeka dan Trembesi

Kompas.com - 26/01/2010, 02:46 WIB

Pukul 18.25, Minggu (25/1), para wartawan senior berkumpul di sebuah ruang di sisi gedung Istana Merdeka, Jakarta. Pada masa pemerintahan Soekarno hingga KH Abdurrahman Wahid, ruang itu digunakan untuk jumpa pers. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ruang itu tidak lagi khusus untuk wartawan.

Dari ruang bekas untuk jumpa pers itu, para wartawan senior dari media cetak, radio, dan televisi dipersilakan oleh petugas istana bertemu Presiden Yudhoyono untuk wawancara dan dialog, yang kemudian ditayangkan stasiun televisi SCTV.

Sebelum pemerintahan BJ Habibie, bagian belakang Istana Merdeka tidak ada teras terbuka. Setelah Soeharto lengser, pada masa pemerintahan Habibie, di bagian belakang Istana Merdeka dibangun teras lebih luas dan terbuka. Di tempat itulah wawancara dan dialog berlangsung selama lebih dari satu jam.

Menjelang akhir wawancara dan dialog yang juga disiarkan radio Elshinta ini. Presiden bicara soal pohon trembesi yang tumbuh di halaman istana.

Dalam tayangan acara wawancara dan dialog dengan Yudhoyono itu juga memunculkan sebagian Istana Merdeka dan pohon trembesi yang berdiri di belakang istana itu. Dalam tayangan SCTV, pohon-pohon trembesi tidak tampak jelas, hanya bayang-bayang bagaikan siluet. Pohon trembesi dan Istana Merdeka adalah bagian sejarah penting bangsa dan negara ini. Setelah Soeharto lengser, Istana Merdeka banyak menyaksikan aksi unjuk rasa. Pada masa reformasi belum pernah terjadi unjuk rasa di depan Istana Negara.

Menurut buku tentang istana kepresidenan yang diterbitkan pada masa pemerintahan Soeharto, usia trembesi itu sama dengan Istana Merdeka yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda tahun 1879.

Istana Merdeka

Nama istana ini berganti-ganti dari masa ke masa. Antara lain pernah bernama Istana Gambir (karena di kawasan Gambir), Istana Koningsplein, Istana Saiko Syikikan, dan Istana Van Mook. Hingga kini telah 24 orang menjadi tuan rumah Istana Merdeka, yakni 15 gubernur jenderal Hindia Belanda, tiga saiko syikikan (Panglima Tertinggi Tentara XVI Jepang di Jawa), dan enam presiden Republik Indonesia. Dari jumlah sebanyak itu, baru lima tuan rumah istana yang benar-benar tinggal di Istana Merdeka, yakni para saiko syikikan, Presiden Soekarno, dan Presiden Abdurrahman Wahid

Para gubernur jenderal Hindia Belanda pada masa pemerintahannya memilih tinggal di Istana Bogor. Presiden Soeharto tinggal di Jalan Cendana, Menteng. Presiden Habibie di kompleks Patra Kuningan; Presiden Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng; dan Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Jalan Veteran Nomor 16, Jakarta.

Istana Gambir berubah jadi Istana Merdeka berkaitan dengan peristiwa pengakuan kemerdekaan RI oleh Kerajaan Belanda pada 27 Desember 1949. Pada hari itu di Amsterdam, Belanda, berlangsung upacara pertemuan Perdana Menteri Indonesia Mohammad Hatta dengan Perdana Menteri Willem Drees serta para anggota parlemen dan pejabat Belanda lainnya. Sementara di Istana Gambir, Jakarta, berlangsung pertemuan antara Wakil Tinggi Kerajaan Belanda AHJ Lovink dan Ketua Delegasi Republik Indonesia Serikat Sultan Hamengku Buwono IX. Pertemuan itu dilanjutkan upacara penurunan bendera Belada dan penaikan bendera Merah Putih di depan Istana Gambir pada sore hari menjelang pukul 18.00. Ketika Merah Putih dikibarkan, masyarakat yang berkumpul di halaman istana memekikkan kata merdeka, merdeka, merdeka.

Kemudian, pada 28 Desember 1949 pukul 12.40 Presiden Soekarno masuk ke Istana Gambir yang kemudian biasa disebut sebagai Istana Merdeka. Soekarno meninggalkan istana itu pada malam tahun 1967 untuk tidak kembali lagi. Pak Harto dan Gus Dur juga meninggalkan istana dari Istana Merdeka ini.

Pak Harto meninggalkan Istana Merdeka hari Kamis tanggal 26 Juli 1998. Gus Dur pergi dari Istana Merdeka juga hari Kamis tanggal 26 Juli 2001. Megawati meninggalkan Istana Negara hari Rabu tanggal 19 Oktober 2004.(J Osdar/Nur Hidayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com